KOMPAS.com - Sebuah gigi fosil badak yang terkubur selama lebih dari 20 juta tahun memberikan wawasan penting tentang evolusi awal badak. Penemuan ini membuka babak baru dalam pemahaman tentang bagaimana spesies badak berkembang dan beradaptasi sepanjang sejarah bumi.
Dalam penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas York, para ahli menemukan sesuatu yang luar biasa dalam email gigi fosil tersebut: protein yang masih terjaga dengan baik.
Protein-protein ini memberikan petunjuk penting tentang garis keturunan badak dan pemisahannya dari spesies lainnya. Temuan ini juga memberikan gambaran lebih jauh tentang perjalanan evolusi badak yang sebelumnya tidak dapat dilacak.
Baca juga: Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Penelitian ini menunjukkan bahwa badak yang memiliki gigi fosil ini berpisah dari anggota keluarga Rhinocerotidae lainnya pada suatu periode antara 41 hingga 25 juta tahun yang lalu. Periode ini terjadi antara Eosen Tengah dan Oligosen. Lebih mengejutkan lagi, data yang ditemukan mengungkap bahwa dua subkeluarga utama badak—Elasmotheriinae dan Rhinocerotinae—berpisah lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Berdasarkan studi tulang yang lebih lama, para ilmuwan sebelumnya mengira pemisahan ini terjadi pada periode Eosen, namun temuan terbaru menunjukkan bahwa pemisahan itu kemungkinan besar terjadi pada periode Oligosen, antara 34 hingga 22 juta tahun yang lalu.
Penemuan ini memberikan pandangan yang lebih jelas tentang bagaimana spesies badak yang berbeda muncul, beradaptasi, dan bertahan (atau tidak) di tengah perubahan lingkungan yang terjadi.
Baca juga: Fosil Ular Purba Berusia 38 Juta Tahun Mengubah Pandangan Evolusi
Meski DNA kuno telah membantu para ilmuwan mempelajari spesies yang telah punah, sangat jarang DNA tersebut bertahan lebih dari satu juta tahun. Namun, gigi fosil badak ini merubah pandangan tersebut. Keberhasilan pemulihan protein email gigi yang berusia lebih dari 20 juta tahun memperpanjang rentang waktu penelitian molekuler hingga sepuluh kali lipat lebih lama.
Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengeksplorasi sejarah evolusi melalui bukti molekuler, tidak hanya melalui bentuk fosil. Email gigi yang terjaga dengan baik menawarkan akses kepada informasi genetik yang berharga, membuka kemungkinan penemuan baru yang tak terbayangkan sebelumnya.
Baca juga: Evolusi Mamalia Tak Sesederhana yang Kita Duga, Fosil Baru Ubah Ceritanya
Email gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras, dan strukturnya yang kaya mineral melindungi protein selama jutaan tahun, terutama di lingkungan dingin tempat gigi fosil ini ditemukan. Gigi fosil ini ditemukan di Arktik Kanada, wilayah yang didominasi oleh lapisan permafrost. Kondisi dingin tersebut memainkan peran penting dalam menjaga kelestarian protein, tetapi itu tidak cukup hanya dengan suhu rendah.
Untuk memastikan bahwa protein yang ditemukan benar-benar berasal dari masa lalu yang sangat jauh, para peneliti menggunakan metode yang disebut analisis asam amino kiral. Teknik ini membantu tim membedakan antara protein asli yang berasal dari kehidupan badak dan kemungkinan kontaminasi yang terjadi setelahnya.
Baca juga: Penelitian Terbaru Mengubah Pemahaman Tentang Badak Jawa
Profesor Enrico Cappellini dari Universitas Kopenhagen, yang turut berkontribusi dalam penelitian ini, menjelaskan pentingnya lokasi penemuan fosil ini. “Kawah Haughton mungkin merupakan tempat yang sangat istimewa untuk paleontologi: sebuah ‘brankas biomolekuler’ yang melindungi protein dari kerusakan selama skala waktu geologi yang luas,” ujarnya.
Lingkungan unik dari kawasan tersebut menciptakan kondisi yang memungkinkan fosil-fosil biomolekuler untuk tetap terjaga dengan baik, mirip dengan bagaimana beberapa situs dapat mempertahankan jaringan lunak fosil. Temuan ini menjadi dorongan bagi para peneliti untuk lebih banyak melakukan eksplorasi paleontologi di berbagai lokasi di dunia.
Baca juga: Perangi Perburuan Liar, Cula Badak Disuntik Radioaktif
Dr. Marc Dickinson, seorang peneliti postdoktoral di Universitas York, menambahkan bahwa penemuan ini merupakan lompatan besar dalam penelitian biomolekuler. "Ini sangat fenomenal bahwa alat-alat ini memungkinkan kita untuk menggali lebih dalam ke masa lalu. Dengan memanfaatkan pengetahuan kita tentang protein kuno, kita kini bisa mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan menarik tentang evolusi kehidupan kuno di planet ini,” jelas Dickinson.
Penemuan gigi fosil ini bukan hanya sekadar temuan terisolasi, tetapi sebuah sinyal bahwa ada lebih banyak biomolekul kuno yang menunggu untuk diteliti.
Baca juga: Ahli Berhasil Rekonstruksi Gen Badak Berbulu Zaman Es
“Analisis protein kuno dari sampel yang begitu tua memberikan perspektif baru bagi para ilmuwan di seluruh dunia yang sudah memiliki fosil-fosil luar biasa dalam koleksi mereka. Fosil penting ini membantu kita memahami masa lalu kita yang sangat kuno,” ujar Fazeelah Munir, yang menganalisis gigi tersebut dalam riset doktoralnya di Universitas York.
Badak modern saat ini menghadapi ancaman dari kehilangan habitat, perburuan liar, dan perubahan iklim. Menelusuri sejarah evolusi mereka dapat mengungkap bagaimana perubahan lingkungan di masa lalu membentuk spesies yang kita kenal hari ini. Semakin kita memahami faktor-faktor yang membantu badak purba bertahan hidup atau yang menyebabkan kepunahan mereka, semakin siap kita untuk melindungi populasi badak yang tersisa di bumi.
Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature, yang menjadi tonggak penting dalam memperluas pemahaman kita tentang evolusi badak dan ancaman yang dihadapi spesies ini.
Baca juga: Ukuran Cula Badak Menyusut Selama 130 Tahun Terakhir, Apa Alasannya?
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang