KOMPAS.com - Saat ini, rokok beredar dalam beragam bentuk. Jenis-jenisnya pun semakin bervariasi, mulai dari rokok tradisional hingga rokok elektrik atau vape yang kian digemari.
Bahkan, kini mulai beredar vape sekali pakai di tengah masyarakat. Jenis rokok elektrik ini mirip dengan vape isi ulang, tetapi dirancang khusus untuk digunakan satu kali hingga habis.
Vape sekali pakai dapat ditemui di minimarket dengan berbagai rasa. Aksesnya pun hampir serupa dengan rokok tembakau karena diletakkan di etalase yang sama.
Baca juga: Merokok Vape Bisa Picu Penyakit Paru-paru Popcorn yang Susah Sembuh, Apa Itu?
Namun jika dibandingkan mana yang lebih berbahaya, vape sekali pakai ternyata lebih "beracun" dibanding jenis rokok lainnya.
Sebuah studi terbaru dari University of California, Davis (UC Davis) yang dipublikasikan dalam jurnal ACS Central Science tahun 2025 mengungkapkan, rokok elektrik sekali pakai mengandung kadar logam berat yang tinggi bahkan sejak awal pemakaian.
Dalam beberapa kasus, kandungan logam berat seperti timbal (Pb) melampaui ambang batas risiko yang telah ditetapkan.
Lantas, bagaimana penjelasan mengenai kandungan racun di dalam vape?
Seperti pada vape isi ulang, vape sekali pakai juga menghasilkan logam dari uap yang dibentuk oleh elemen panas di dalamnya.
Pada penelitian sebelumnya, vape isi ulang menunjukkan bahwa elemen pemanas dapat melepaskan logam.
Ketika cartridge dihirup oleh pengguna, elemen panas akan melepas logam seperti Nikel (Ni) dan Kromium (Cr) ke dalam uap.
Dengan menghirup logam-logam tersebut, risikonya dikaitkan dengan kanker, gangguan pernapasan, dan kerusakan saraf.
Meskipun cara kerjanya hampir mirip dengan isi ulang, vape sekali pakai tertutup rapat dan digunakan sekali. Karenanya, sulit mengetahui logam apa saja yang masuk ke dalam uap dan dampaknya bagi kesehatan.
Namun, para peneliti menemukan cara untuk mengetahui logam berat apa saja yang ikut terhirup pengguna vape sekali pakai.
Baca juga: Vape sebagai Alternatif Berhenti Merokok: Apakah Memang Lebih Aman?
Dilansir dari Technology Network, Rabu (25/6/2025), awalnya penelitian ini dilakukan karena penulis utama, kandidat PhD UC Davis, Mark Salazar penasaran dengan vape sekali pakai milik seorang teman.
Didasari rasa penasaran, ia membawa alat itu ke laboratorium untuk menguji kandungan-kandungan di dalamnya.
Saat menemukan kandungan timbal tinggi dalam produk itu, ia sempat menduga bahwa vape yang ia bawa rusak. Sehingga, ia terdorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Kemudian, Salazar bersama timnya melakukan pengujian pada tiga merek vape sekalai pakai yang beredar di AS. Ketiga merek tersebut adalah ELF Bar, Flum Pebble, dan Escobar.
Dalam pengujian yang mereka lakukan, tim Salazar melibatkan beberapa jenis vape seperti perangkat beraroma, tanpa aroma, dan tanpa nikotin. Perangkat-perangkat itu diuji dalam keadaan baru dan habis pakai.
Untuk mendapatkan perangkat habis pakai, mereka melakukan 1.500 kali hisapan buatan. Cara ini dilakukan agar bisa mencatat perubahan kadar logam seiring berjalannya waktu.