KOMPAS.com - Ratusan prajurit Israel dikabarkan menolak untuk melakukan serangan ke Gaza, Palestina.
Setidaknya 400 prajurit Israel menolak diberangkatkan berperang di Jalur Gaza di tengah pengerahan 40.000 prajurit cadangan oleh Israel.
Israel dikabarkan tengah merancang serangan besar-besaran untuk menghancurkan Gaza City lalu mendudukinya.
Baca juga: Israel Mulai Operasi Darat di Gaza, Palestina Minta Dukungan Internasional
Dilansir dari Kompas.id, Selasa (3/9/2025) Kelompok bernama Prajurit Bagi Sandera, Selasa (2/9/2025), menyatakan, menolak perintah untuk berperang di Gaza.
Salah seorang anggota, Max Kresch, menyebut penolakan perintah dinas tersebut dilakukan demi keselamatan sandera. Memperpanjang perang berarti membahayakan nyawa para sandera Israel.
Meski menentang perintah dinas perang bisa mengakibatkan pidana penjara, melanjutkan serangan di Gaza, menurut Kresch, adalah pengkhianatan terhadap para sandera dan rakyat Israel.
Baca juga: Ratusan Pegawai PBB Desak Komisaris Tinggi HAM Akui Perang Gaza sebagai Genosida
Selain itu, ada juga kelompok besar beranggotakan ribuan mantan prajurit Israel dan prajurit cadangan bernama Breaking The Silence (BTS) atau Shrovim Shtika yang menolak perang dan pendudukan Israel.
Organisasi beranggotakan lebih dari seribu orang itu mencatat kejahatan perang yang dilakukan tentara pendudukan Israel sejak tahun 2004.
Sejalan dengan itu, menurut laporan NBC News (3/9/2025), saat ini Max Kresch menolak bertugas di Gaza.
Baca juga: Kisah 5 Jurnalis yang Tewas akibat Serangan Israel ke Nasser Hospital di Gaza
Veteran medis tempur Israel-Amerika ini termasuk di antara sejumlah prajurit cadangan menolak untuk bertempur jika dipanggil untuk bertugas.
"Perang saat ini merupakan ancaman langsung bagi masa depan kita. Ini merupakan ancaman langsung bagi masa depan warga Israel, warga sipil, dan nilai-nilai kita sendiri," kata Kresch.
NBC News melaporkan, beberapa tentara cadangan Israel mengatakan mereka lebih memilih masuk penjara daripada bertugas dalam serangan di Kota Gaza.
Baca juga: Sejumlah Negara Kirim Bantuan ke Gaza lewat Udara, Kenapa Malah Dikritik?
Media tersebut berbicara dengan beberapa prajurit cadangan termasuk Kresch, yang semuanya telah bertugas tetapi tidak ingin bertempur lagi di Gaza.
Prajurit lain mengatakan, mereka merasa perang tidak lagi memiliki tujuan militer, dan justru membahayakan para sandera yang tersisa dan menyebabkan penderitaan besar bagi warga Palestina.
Ze'ev Bogomolny (28), prajurit yang bertugas di unit artileri di dekat perbatasan utara Israel dengan Lebanon, bahkan memilih untuk masuk penjara daripada harus menyerang Gaza.
Baca juga: Aksi Mogok Nasional di Israel, Desak Akhiri Perang Gaza dan Bebaskan Sandera