KOMPAS.com - Kota Rio de Janeiro, Brasil, menjadi sorotan dunia setelah operasi besar-besaran polisi berakhir dengan lebih dari 130 orang tewas.
Peristiwa ini terjadi pada Selasa (28/10/2025) dini hari di kawasan padat penduduk Penha dan Alemao. Selama puluhan tahun, dua wilayah itu dikenal sebagai sarang geng narkoba Red Command.
Baca juga: Tembus Ratusan Korban, Geng Narkoba Brasil Serang Polisi Pakai Pesawat Tanpa Awak
Operasi yang disebut pemerintah sebagai "pukulan besar terhadap kejahatan terorganisasi" justru menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar.
Lantas, apa saja yang perlu diketahui dari "operasi paling mematikan" di Brasil ini?
Data otoritas setempat menunjukkan 132 orang tewas dalam bentrokan bersenjata di kawasan utara Rio.
Korban ditemukan di sekitar Vila Cruzeiro, bagian dari kompleks Penha dan Alemao yang selama ini dikuasai kelompok kriminal.
Polisi mengerahkan sekitar 2.500 personel bersenjata lengkap, helikopter, dan kendaraan lapis baja dalam operasi yang disebut sebagai hasil investigasi dua bulan.
Baca juga: 4 Polisi Terjerat Kasus Narkoba Tak Dipidana, Sempat Pulang ke Rumah
Penha dan Alemao merupakan bagian dari jaringan favela di Brasil. Sebagai informasi, favela merupakan kawasan padat penduduk yang kerap menjadi medan konflik antara polisi dan geng bersenjata.
Kawasan ini dikenal sulit dijangkau dan menjadi jalur utama perdagangan narkoba di Rio.
Aparat menyebut operasi kali ini menargetkan Comando Vermelho atau Red Command, salah satu kartel terbesar di Brasil yang diduga menggunakan drone berisi bahan peledak danmembakar bus untuk menghalangi pergerakan polisi.
Baca juga: Dulu Putus Asa Vonis Ditambah, Kini Ammar Zoni Diduga Terlibat Peredaran Narkoba di Rutan
Suasana di lapangan berubah menjadi kekacauan setelah baku tembak berlangsung berjam-jam.
Warga menggambarkan kondisi mirip zona perang, dengan suara tembakan dari berbagai arah dan asap hitam mengepul dari rumah-rumah.
"Negara datang bukan untuk melindungi, tapi membunuh," ujar seorang warga Penha, dikutip dari The Guardian, Rabu (29/10/2025).
Banyak keluarga membawa jasad kerabat mereka ke jalan utama dan membaringkannya di depan umum sebagai bentuk protes terhadap aksi brutal aparat.
Baca juga: Ramai Narasi Mengurung Diri di Kamar Jadi Ciri Pengguna Narkoba, Benarkah? Ini Kata Psikolog
Setelah kejadian, Gubernur Rio de Janeiro Claudio Castro membela operasi tersebut dan menyebut korban tewas merupakan anggota geng kriminal.