KOMPAS.com - Amazon mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 14.000 karyawan atau sekitar 4 persen dari total tenaga kerjanya pada Selasa (28/10/2025).
Dilansir dari BBC, Selasa (28/10/2025), pemangkasan terbaru ini menambah daftar panjang PHK di Amazon.
Dalam dua tahun terakhir, Amazon telah memangkas sekitar 27.000 karyawan di tengah upaya efisiensi setelah lonjakan perekrutan besar-besaran selama pandemi Covid-19.
PHK ini menjadi bagian dari tren pengurangan tenaga kerja yang melanda sektor teknologi, seiring meningkatnya otomatisasi dan pergeseran peran manusia akibat perkembangan AI.
Baca juga: Sekitar 4.000 Pegawai Sipil AS Terima Surat PHK Akibat Pemerintah Shutdown
Kebijakan rencana pemutusan kerja 14.000 karyawan itu muncul tak lama setelah terjadinya gangguan besar pada layanan komputasi cloud Amazon Web Services (AWS) pada 20 Oktober yang berdampak secara global.
Wakil Presiden Senior Amazon, Beth Galetti mengatakan, rencana ini bakal dilakukan sebagai bagian dari upaya efisiensi anggaran.
Ia ingin Amazon lebih ramping dan gesit agar bisa berinovasi lebih cepat demi memenuhi kebutuhan pelanggan.
“Kami ingin memastikan sumber daya kami difokuskan pada hal-hal yang paling penting bagi pelanggan saat ini dan di masa depan,” ujarnya dalam memo kepada karyawan, Selasa (28/10/2025).
Selain itu, rencana PHK terhadap puluhan orang ini dilakukan sebagai langkah penyesuaian organisasi di tengah investasi besar dalam AI.
Baca juga: Shutdown Pemerintah AS, Trump Ancam PHK Massal Ratusan Ribu Pegawai
Untuk memperkuat infrastruktur AI dan komputasi cloud, Amazon berencana menginvestasikan lebih dari 10 miliar dollar AS (sekitar Rp 166,4 triliun) di berbagai negara bagian AS, termasuk Carolina Utara, Mississippi, Indiana, dan Ohio.
Langkah ini diambil agar Amazon dapat bersaing dengan raksasa teknologi lain seperti Google, Microsoft, Meta, dan OpenAI.
Galetti menyebut pemangkasan ini perlu dilakukan meskipun kinerja Amazon masih kuat.
"Meski Amazon masih berada pada posisi kuat dan memiliki peluang ekspansi, perusahaan harus menyesuaikan diri dengan tekanan global dan biaya operasional yang meningkat," kata Galetti.
Pada kuartal kedua tahun ini, Amazon mencatat peningkatan penjualan 13 persen menjadi 167,7 miliar dollar AS (sekitar Rp 2,7 kuadriliun).
Namun, menurutnya, AI merupakan teknologi paling transformatif yang mengharuskan struktur perusahaan menjadi lebih sederhana dan efisien.
Baca juga: Shutdown Pemerintah AS, Trump Ancam PHK Massal Ratusan Ribu Pegawai