BANDUNG, KOMPAS.com – Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia terdampak serius akibat maraknya barang dan pakaian impor ilegal, yang dikenal dengan istilah Balpres.
Banyak usaha kecil menengah di daerah terpaksa tutup akibat persaingan tidak sehat dengan penjual barang impor ilegal.
Anggota Komisi VI dari fraksi PDI-Perjuangan, Darmadi Durlanto mengungkapkan, industri dalam negeri saat ini masih berjuang untuk bersaing dengan produk impor yang legal.
"Belum selesai dari itu, barang impor ilegal ini seperti menenggelamkan harapan pengusaha kecil menengah," ujarnya setelah menemukan 19.391 Balpres dengan nilai mencapai Rp 112,35 miliar dari sebelas gudang di Bandung Raya.
"Memang mereka tidak bisa kompetisi, tidak bisa bersaing dalam produk-produk ilegal ini. Tak aneh banyak usaha lokal yang akhirnya tutup," tutur Darmadi.
Baca juga: Hasil Penyelidikan di Pekanbaru, Polda Riau Gerebek Gudang Balpres di Batam
Pernyataan tersebut disampaikan saat mendampingi Menteri Perdagangan di Kawasan Industri De Primatera, Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (19/8/2025).
Dampak lain yang dirasakan adalah meningkatnya PHK massal di industri tekstil.
Darmadi menekankan pentingnya memutus rantai pasokan barang impor ilegal, yang harus diperangi berbagai pihak, termasuk Kementerian Perdagangan, DPR, dan aparat penegak hukum.
"Karena mereka banyak tidak bayar pajak, masuknya barang-barang murah seperti ini dijual. Tentu akibatnya cukup merugikan bagi IKM," tuturnya.
Ia juga meminta agar aparat penegak hukum memantau barang-barang produk ilegal ini di setiap daerah.
"Supaya betul-betul bisa kita cari solusi secara komprehensif. Karena sekarang mulai masuk ke daerah-daerah dan itu jelas nanti akan membunuh banyak IKM yang ada di berbagai daerah," tambahnya.
Baca juga: Ballpress Pakaian Bekas Diamankan di Nunukan, Dikhawatirkan Bawa Risiko Wabah COVID-19
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menjelaskan bahwa operasi pengungkapan Balpres berlangsung dari 14-15 Agustus 2025.
Ia menyebutkan, ribuan barang serta pakaian bekas tersebut berasal dari negara Korea Selatan, Jepang, dan China.
"Kita bongkar dari sebelas gudang yang ada di wilayah Bandung Raya, karena ini mengganggu industri dalam negeri," katanya.
Budi merinci bahwa di Kota Bandung, tim gabungan menemukan 5.130 bal dari tiga gudang dengan nilai Rp 24,75 miliar.