BANDUNG, KOMPAS.com - Banjir setinggi kurang lebih 50 sentimeter kembali merendam ruas Jalan Raya Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (1/11/2025).
Kondisi ini mengganggu arus lalu lintas serta memaksa pengendara roda dua mencari cara agar tetap bisa melintas. Sebagian memilih menunda perjalanan, sementara yang lain terpaksa mengeluarkan biaya tambahan, termasuk menyewa delman untuk mengangkut sepeda motor.
Genangan air terlihat membentang sepanjang 100 meter, terutama di sekitar kawasan depan Masjid Agung Dayeuhkolot menuju Baleendah.
Baca juga: Dayeuhkolot Bandung Kembali Terendam Banjir, Warga Bersiaga Sejak Dini Hari
Kendaraan roda dua yang memaksakan melintas kerap mogok karena mesin terendam air. Situasi tersebut membuat aktivitas warga yang bekerja dan bersekolah menjadi terhambat sejak pagi hari.
Fitri (32), pekerja swasta asal Ciparay, menjadi satu dari puluhan pengendara yang memilih memanfaatkan jasa delman. Ia mengaku awalnya mencoba menembus banjir dengan perlahan.
Baca juga: Lalu Lintas di Dayeuhkolot Bandung Tersendat Banjir, Pengendara Dialihkan ke Jalur Bojongsoang
Namun, setelah motornya dua kali mati mendadak, ia memutuskan tidak lagi mengambil risiko.
“Kalau dipaksa terus, nanti malah rusak. Mending keluar uang Rp 25.000 buat naik delman daripada harus servis satu atau dua juta,” kata Fandi ditemui di lokasi.
Ia menjelaskan, biasanya waktu tempuh dari rumah menuju tempat kerjanya di Kota Bandung hanya sekitar 45 menit.
Namun, pada hari ini ia harus menghabiskan hampir dua jam di perjalanan. Keterlambatan pun tidak terhindarkan.
“Kalau sampai telat terus, bisa kena teguran atau dipotong tunjangan. Tapi mau bagaimana, jalan satu-satunya memang ini,” ujarnya.
Motor milik Fitri diangkut di bagian belakang delman dengan menggunakan tali, dua orang kusir terlihat memastikan tali terikat kencang agar saat melintas tak terjadi hal yang diinginkan.
Delman yang mengangkut sepeda motor menjadi pemandangan yang semakin lazim ketika banjir melanda kawasan tersebut.
Kereta kuda itu berjalan perlahan di tengah air sambil menahan keseimbangan motor pelanggan agar tidak tergelincir. Tarifnya bervariasi, mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 40.000 per motor, tergantung jarak yang ditempuh.
Sementara itu, Rika (27), pegawai kantor di kawasan Kopo, mengaku memilih menepi dan menunggu banjir mereda. Ia terpaksa menghubungi kantornya untuk memberi kabar bahwa ia akan datang terlambat.
“Sudah hampir setiap musim hujan seperti ini. Kadang saya sampai memilih pulang saja karena tidak ada jalan lain,” tuturnya.