KOMPAS.com - Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Bramantya Wicaksana, Sp.PD, mengingatkan bahwa konsumsi daging merah seperti sapi atau kambing secara berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh, terutama jika daging tersebut mengandung lemak jenuh yang tinggi.
Menurut Bramantya, kandungan lemak jenuh dalam daging kurban berperan besar dalam memicu lonjakan kolesterol jahat (LDL) yang menjadi faktor risiko utama penyakit jantung.
“Betul, bisa meningkatkan kolesterol, terutama jika makanan atau daging tersebut memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (31/5/2025).
Kolesterol tinggi sering kali tidak menimbulkan gejala, namun dampaknya bisa serius dalam jangka panjang.
Jika tidak dikendalikan, kadar kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah hingga serangan jantung.
Baca juga: Porsi Aman Konsumsi Daging Kurban Menurut Dokter, Jangan Asal Banyak
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa konsumsi daging merah dalam jumlah besar bukan hanya berkaitan dengan kolesterol tinggi, tetapi juga bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan beberapa jenis kanker.
“Secara umum, jika mengonsumsi daging merah secara berlebihan, maka akan menyebabkan risiko penyakit kardiovaskular dan kanker, terutama keganasan saluran cerna dan lambung,” ujarnya.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi daging merah yang terlalu sering dapat memicu peradangan dan menyebabkan penumpukan plak di pembuluh darah, yang dapat berujung pada penyumbatan aliran darah ke jantung atau otak.
Baca juga: Lebih Sehat Direbus atau Dibakar? Ini Cara Sehat Masak Daging Kurban
Agar tetap aman, Bramantya menyarankan untuk membatasi konsumsi daging merah maksimal tiga porsi per minggu atau sekitar 350–500 gram.
“Dari beberapa literatur, batas yang direkomendasikan adalah sekitar tiga porsi per minggu. Sebaiknya tidak lebih dari itu,” jelasnya.
Ia juga menyarankan memilih bagian daging yang rendah lemak dan mengimbanginya dengan asupan tinggi serat dari sayur dan buah.
Selain jumlah konsumsi, cara mengolah daging merah juga penting diperhatikan. Bramantya menyarankan metode memasak seperti merebus atau mengukus, yang cenderung lebih sehat dibandingkan memanggang atau membakar.
“Merebus jauh lebih sehat. Saat kita grill atau membakar, maka risiko terbentuknya zat karsinogenik lebih tinggi,” katanya.
Meski demikian, menurut Bramantya, setiap metode memasak memiliki kelebihan dan kekurangan.
Masyarakat diimbau untuk tetap mengutamakan keseimbangan dalam pola makan dan gaya hidup sehat.
Sebagai penutup, Bramantya mengingatkan bahwa menjaga pola makan bukan soal melarang makanan tertentu, tetapi tentang membatasi dan menyeimbangkan asupan.
Konsumsi daging merah tidak perlu dihindari sepenuhnya, selama dikonsumsi dalam batas wajar dan diolah dengan cara yang sehat.
“Kesadaran masyarakat untuk mengatur pola makan akan sangat berperan dalam mencegah penyakit kronis di masa depan,” tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.