Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara-negara Besar Bertemu di Paris untuk Dorong Gencatan Senjata di Lebanon

Kompas.com - 24/10/2024, 15:27 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters

PARIS, KOMPAS.com - Negara-negara besar pada Kamis (24/10/2024) bertemu di Paris Perancis untuk mendorong gencatan senjata di Lebanon serta bantuan kemanusiaan.

Utusan khusus Perancis untuk Lebanon Jean-Yves Le Drian memperingatkan bahwa jika konflik tidak dihentikan, maka bakal ada risiko perang saudara.

"Jika ini terus berlanjut, Lebanon dalam bahaya kematian," katanya kepada televisi LCI.

Baca juga: Israel Serang Dekat RS Terbesar Lebanon, 4 Tewas Termasuk Seorang Anak

Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken mengunjungi Timur Tengah dalam upaya terakhir untuk mencapai perdamaian sebelum pemilu AS bulan depan.

Sementara Arab Saudi yang enggan terlibat di Lebanon, hanya mengirim seorang menteri muda ke konferensi di Paris tersebut.

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati dan menteri-menteri utama yang terlibat dalam upaya bantuan diperkirakan akan hadir, tetapi baik Israel, yang Perdana Menterinya Benjamin Netanyahu mengkritik inisiatif tersebut, maupun Iran tidak diundang.

Menurut Kementerian Luar Negeri Perancis, konferensi tersebut bertujuan untuk mengumpulkan setidaknya 500 juta euro (Rp 8,4 triliun) dalam bentuk bantuan untuk membantu 500.000 sampai 1 juta orang yang mengungsi.

Pasalnya, Lebanon mengatakan bahwa mereka membutuhkan 250 juta dolar AS (Rp 3,8 triliun) per bulan untuk mengatasi krisis tersebut.

Delegasi akan menegaskan kembali perlunya menghentikan permusuhan berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 tahun 2006, yang menyerukan agar Lebanon selatan bebas dari pasukan atau senjata apa pun selain milik negara Lebanon.

Baca juga: Iran Bantah Tuduhan atas Campur Tangan Urusan Dalam Negeri Lebanon

Untuk mencapainya, mereka juga akan berupaya meningkatkan dukungan bagi Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF), yang dianggap sebagai penjamin stabilitas internal, tetapi juga penting untuk melaksanakan 1701.

"Tujuan akhirnya adalah merekrut, melatih, dan memperlengkapi 6.000 unit LAF baru," kata seorang sumber diplomatik Italia, dikutip dari Reuters.

Ia menambahkan bahwa Roma akan segera menyelenggarakan konferensinya sendiri yang berfokus pada hal ini.

Diketahui, Paris juga mendorong para aktor Lebanon meskipun ada keengganan dari beberapa pihak, yakni untuk maju dalam pemilihan presiden guna mengisi kekosongan kekuasaan selama dua tahun sebelum gencatan senjata.

"Namun apa yang dapat dicapai di bidang politik masih belum jelas," kata para diplomat, meskipun Perancis menggembar-gemborkan kontak langsungnya dengan Hizbullah dan Iran sebagai keuntungan dibandingkan dengan upaya mediasi AS.

Sementara itu, koordinasi antara Paris dan Washington sulit dilakukan dalam beberapa minggu terakhir.

Negara-negara Eropa dan Arab mengkritik keras bahwa AS tidak menyerukan gencatan senjata segera dan khawatir pemerintah tidak akan mengubah posisi itu sebelum pemilihan umum pada 5 November 2024.

Baca juga: Israel Klaim Hancurkan Posisi Hizbullah di Lebanon Selatan

"Pemerintah harus melakukan segala daya upaya untuk mengakhiri malapetaka dan siklus impunitas yang terus berkembang ini," kata koalisi yang terdiri dari 150 organisasi non-pemerintah dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan menjelang pertemuan di Paris.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Internasional
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Internasional
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Internasional
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Internasional
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Internasional
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Internasional
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Internasional
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Internasional
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Internasional
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Internasional
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Internasional
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Internasional
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Internasional
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron 'Most Wanted' Sri Lanka Ditangkap
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron "Most Wanted" Sri Lanka Ditangkap
Internasional
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau