ISTANBUL, KOMPAS.com - Lebih dari 1.000 orang mengungsi ke masjid, sekolah, dan tempat penampungan sementara lainnya di Istanbul, Turkiye, setelah gempa bermagnitudo 6,2 mengguncang kota tersebut pada Rabu (23/4/2025).
Dikutip dari Antara, gempa ini menyebabkan 236 orang luka-luka. Hal itu disampaikan oleh Menteri Kesehatan Turkiye, Kemal Memisoglu, pada Kamis (24/4/2025).
Meski tidak ada laporan korban jiwa, gempa tersebut memicu kepanikan warga yang berhamburan keluar rumah, mengingatkan mereka pada gempa dahsyat yang melanda Turkiye bagian tenggara dua tahun lalu.
Baca juga: 3 Gempa Berdekatan Guncang Istanbul Turkiye, Warga Panik Keluar Rumah
Menurut otoritas setempat, sekitar 1,5 juta bangunan di Istanbul terancam akibat gempa. Data terbaru menyebutkan, sekitar 5 juta dari total 16 juta penduduk kota ini tinggal di bangunan yang berisiko tinggi terhadap guncangan.
Menteri Urbanisasi Turkiye, Murat Kurum, menekankan perlunya renovasi segera terhadap sepertiga dari bangunan yang dinilai berbahaya.
"Kita tidak punya waktu untuk disia-siakan," tegas Kurum, seperti dikutip dari Reuters. Ia menambahkan, pemerintah kota dan pusat tengah berupaya mempercepat transformasi infrastruktur untuk memperkuat kesiapsiagaan menghadapi gempa yang lebih besar.
Menteri Dalam Negeri Turkiye, Ali Yerlikaya, mengatakan bahwa kebutuhan tempat tinggal sementara bagi 101.000 warga telah dipenuhi.
Sebagian besar warga menginap di masjid, sekolah, dan asrama, sedangkan yang lain memilih tidur di tenda atau kendaraan.
Sementara itu, puluhan warga mengalami luka ringan, kebanyakan akibat terjatuh saat berusaha keluar dari bangunan. Sebanyak tujuh bangunan di Istanbul juga dilaporkan mengalami kerusakan ringan.
Baca juga: Gempa Istanbul Turkiye, Belum Ada WNI yang Jadi Korban
Dalam pernyataan di media sosial, Imamoglu menyampaikan rasa sedihnya karena tidak dapat langsung membantu warga.
"Saya merasa sangat sedih karena tidak bisa membantu masyarakat saya secara langsung," ujarnya dari penjara.
Penangkapan Imamoglu, yang merupakan pesaing utama Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan, serta sejumlah pejabat tanggap bencana lainnya, menimbulkan kontroversi. Banyak pihak menilai tindakan ini sebagai bentuk politisasi dan anti-demokrasi.
Sementara itu, kenangan akan bencana serupa terus menghantui warga. Gempa mematikan pada Februari 2023 yang menewaskan lebih dari 55.000 orang di Turkiye dan Suriah kembali teringat.
Begitu juga dengan tragedi gempa tahun 1999 di dekat Istanbul yang merenggut lebih dari 17.000 nyawa.
Pemerintah setempat mendesak agar usulan pembentukan Dewan Gempa Istanbul segera direalisasikan guna memperkuat kesiapsiagaan kota menghadapi potensi gempa di masa depan.
Baca juga: Setahun Gempa Turkiye, Minim Pemulihan, Warga Masih Tinggali Kamp Pengungsi
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini