Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibadah Haji Musim Dingin Akan Tiba 2026, Tanpa Terik Matahari Arab Saudi

Kompas.com - 27/05/2025, 05:15 WIB
Aditya Jaya Iswara,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

Sumber Gulf News

RIYADH, KOMPAS.com - Musim haji tahun 2025 akan menjadi pelaksanaan ibadah haji terakhir yang bertepatan dengan musim panas di Arab Saudi.

Kabar ini datang langsung dari Pusat Meteorologi Nasional Arab Saudi yang mengumumkan bahwa mulai 2026, ibadah haji akan berangsur-angsur beralih ke musim yang lebih dingin.

Fenomena haji di musim panas ini baru akan kembali terjadi 17 tahun lagi, tepatnya pada tahun 2042.

Baca juga: Raja Salman Undang 1.000 Warga Palestina Korban Serangan Israel untuk Haji Gratis

Seperti diketahui, Arab Saudi memiliki empat musim, yaitu musim semi (Maret-Juni), musim panas (Juni-September), musim gugur (September-Desember), dan musim dingin (Desember-Maret).

Penyelenggaraan ibadah haji yang berpatokan pada kalender Hijriah akan selalu bergeser setiap tahunnya karena adanya selisih sekitar 10 hari dengan kalender Masehi.

Pergeseran inilah yang menyebabkan pelaksanaan haji dalam beberapa tahun terakhir selalu jatuh pada musim panas, membawa tantangan tersendiri bagi jemaah.

Tantangan cuaca ekstrem dan upaya mitigasi

Dalam beberapa musim haji terakhir, jemaah haji dihadapkan pada cuaca panas ekstrem. Pada musim haji 2024, suhu di Mekkah bahkan mencapai angka antara 46 hingga 51 derajat Celsius.

Dampaknya, pada salah satu hari terpanas, tercatat lebih dari 2.760 kasus sengatan panas, bahkan beberapa di antaranya berujung pada kematian.

Menyikapi hal tersebut, menjelang musim haji terakhir di musim panas ini, Arab Saudi telah mengambil berbagai langkah mitigasi untuk mengurangi risiko yang timbul akibat sengatan panas.

Upaya ini meliputi penambahan area berteduh, pemasangan lebih banyak stasiun air, penyediaan unit pendingin bergerak, serta peluncuran kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran akan keamanan panas.

Selain itu, pada tahun 2024, Arab Saudi juga memperluas jaringan pemantauan cuaca. Mereka memasang 33 stasiun cuaca baru dan menggunakan sistem radar bergerak guna meningkatkan pelacakan iklim secara real-time di zona haji.

Langkah ini sangat membantu otoritas dalam merespons cuaca ekstrem dengan lebih cepat dan efektif, sehingga dapat melindungi para jemaah di lokasi.

Baca juga: Senegal dan Togo Gelar Tes Covid-19 bagi Semua Jemaah Haji yang Pulang dari Mekkah

Musim haji 2025 ditargetkan dapat menampung lebih dari 1,8 juta jemaah dari seluruh dunia.

Meski menjadi yang terakhir di bawah terik matahari musim panas, diharapkan ini akan menjadi ibadah haji yang lebih aman dan nyaman.

Peralihan ke musim yang lebih sejuk di tahun-tahun mendatang diharapkan dapat mengurangi risiko kesehatan bagi para jemaah, terutama bagi lansia dan mereka yang tidak terbiasa dengan suhu tinggi.

Arab Saudi melihat perubahan ini sebagai langkah signifikan untuk menjadikan ibadah haji lebih berkelanjutan dan mudah diakses di masa mendatang.

Baca juga: 1.301 Jemaah Haji Meninggal pada 2024, 83 Persen Tak Miliki Izin Resmi

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Internasional
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Internasional
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Internasional
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Internasional
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Internasional
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Internasional
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Internasional
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Internasional
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Internasional
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Internasional
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Internasional
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Internasional
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Internasional
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron 'Most Wanted' Sri Lanka Ditangkap
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron "Most Wanted" Sri Lanka Ditangkap
Internasional
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Internasional
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau