Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/10/2023, 18:00 WIB
Heru Dahnur ,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

BANGKA, KOMPAS.com - Tanaman porang hingga kini masih menjadi komoditas ekspor yang menggiurkan. Namun, permintaan ekspor yang tinggi belum terpenuhi oleh pasokan dalam negeri.

Kondisi minimnya pasokan porang hampir merata terjadi di Indonesia, termasuk juga di Bangka Belitung.

"Masih sedikit sekali pasokan. Padahal untuk sekali ekspor buyer bisa minta sampai enam kontainer, kita masih kurang. Ini dari Bangka Belitung saja," kata Direktur PT JOF Porang Nusantara Edy Suryansyah saat berbincang dengan Kompas.com, di Pangkalpinang, Kamis (26/10/2023).

Edy menuturkan, saat ini pabrik di Bangka mampu mengolah 1 kontainer chips porang dalam dua bulan dan 1 kontainer tepung porang dalam tiga bulan.

Untuk 100 kilogram chips porang, bisa dihasilkan sebanyak 56 kilogram tepung porang.

Baca juga: Buah Sukun Bisa Jadi Alternatif Pangan Pengganti Beras

Pabrik yang tersedia di Bangka saat ini mampu memproduksi 3,5 ton tepung porang per hari. Namun, produksi belum bisa maksimal karena pasokan yang masih sedikit.

"Chips dan tepung porang sudah bisa ekspor, pintu ekspornya langsung dari Bangka Belitung. Di Jakarta hanya transit dan kontainer itu sudah disegel, tak bisa lagi dibuka," ujar Edy.

Menurutnya, dengan adanya pabrik dan izin ekspor langsung dari Bangka Belitung, maka petani tak perlu khawatir dengan penjualan produk mereka.

"Memang saat ini harga sedang jatuh, tapi harga bibit juga ikutan turun. Harga umbi porang petani kami beli Rp 4.000 per kilogram," ujar Edy.

Sementara harga bibit atau katak porang saat ini berkisar Rp 30.000 per kilogram. Harga tersebut jauh turun dibandingkan sebelumnya yang mencapai Rp 300.000 per kilogram.

Katak porang tersebut didapat dari tangkai daun tanaman porang. Setiap tanaman porang sedikitnya memiliki empat sampai lima katak porang.

Baca juga: Percepat Kedaulatan Pangan, Ganjar-Mahfud Bagi-bagi Lahan Petani

Untuk bibit tanaman sela di kebun sawit per hektar dibutuhkan 20 kilogram bibit yang sekilonya berisi 200 bibit. Sementara, hasil panennya bisa mencapai 4 ton dalam kurun dua musim atau satu setengah tahun.

"Kami juga siapkan bibit gratis pada petani dengan catatan setelah panen mereka menggulirkan lagi bibit tersebut pada petani lainnya atau ada perluasan lahan," ucap Edy.

Sementara itu, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian Bangka Belitung Indra Jaya mengatakan, dibutuhkan edukasi pada masyarakat secara terus menerus agar mau bertanam porang.

Tanaman porang, kata Indra, merupakan tanaman sela yang perawatannya tidak memerlukan waktu dan biaya yang besar.

"Porang ini cocok sebagai tanaman sela di bawah pohon sawit atau tanaman lain yang sedikit terlindung. Kalau ditanam di hamparan terbuka dengan matahari langsung, justru hasilnya kurang maksimal," beber Indra.

Selain metode tanam yang mudah, petani juga tidak perlu khawatir dengan penjualan karena ada pabrik pengolahan dan izin ekspor di daerah.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau