Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gagal Sepakat, Pembicaraan Perjanjian Plastik Dunia Berakhir Tanpa Solusi

Kompas.com - 22/08/2025, 15:15 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Earth com

KOMPAS.com - Upaya menyusun perjanjian global untuk mengatasi polusi plastik kembali menemui jalan buntu.

Setelah bertahun-tahun bekerja dan enam putaran negosiasi formal, perundingan yang berlangsung di Jenewa berakhir tanpa kesepakatan.

Meskipun delegasi dari 185 negara bekerja melampaui batas, namun kesenjangan antara dua pihak yang berlawanan ternyata terlalu lebar untuk menghasilkan kesepakatan.

Negosiasi kali ini, yang dianggap sebagai kesempatan terakhir setelah kegagalan serupa di Korea Selatan tahun lalu, seharusnya menjadi momen penting. Namun, yang terjadi justru sama saja.

Melansir Earth, Kamis (21/8/2025) perpecahan utamanya jelas. Satu kelompok, yang dikenal sebagai High Ambition Coalition, terdiri dari negara-negara seperti Kanada, Inggris, dan anggota Uni Eropa.

Mereka mendorong adanya pembatasan produksi plastik dan penghapusan bertahap bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam plastik.

Baca juga: Plastik Sumbang 15 Persen Emisi Global, dan Konsumsinya Diprediksi Melonjak

Di sisi lain, negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam Like-Minded Group termasuk di dalamnya adalah Arab Saudi, Iran, Rusia, Kuwait, dan Malaysia menginginkan perjanjian yang hanya berfokus pada pengelolaan limbah, bukan pemotongan produksi.

Negara-negara ini berpendapat bahwa menargetkan produksi akan merugikan negara-negara berkembang yang kaya sumber daya alam.

Kesepakatan yang tak tercapai ini membuat beberapa pihak kecewa, salah satunya adalah Menteri Transisi Ekologis Prancis, Agnes Pannier-Runacher, yang dengan blak-blakan mengungkapkan rasa kecewa dan kemarahannya.

"Sekelompok kecil negara, yang hanya mementingkan keuntungan finansial jangka pendek, telah memblokir disahkannya perjanjian yang ambisius. Negara-negara penghasil minyak dan para pendukungnya telah memilih untuk mengabaikan masalah ini," katanya.

Negara Tuvalu, yang berbicara atas nama 14 negara kepulauan Pasifik, juga menyuarakan rasa frustasi yang mendalam.

"Tanpa kerja sama global dan tindakan dari negara-negara, jutaan ton sampah plastik akan terus dibuang ke lautan kita, yang memengaruhi ekosistem, ketahanan pangan, mata pencaharian, dan budaya kami," kata perwakilan mereka.

Usai jalan buntu perundingan plastik global ini, tidak ada yang yakin dengan apa yang terjadi selanjutnya.

Beberapa negara menyerukan perundingan berikutnya. Namun apakah negara-negara akan kembali berunding atau tidak akan bergantung pada tekanan politik, pergeseran aliansi, dan meningkatnya biaya akibat tidak adanya tindakan.

Baca juga: Bahaya di Balik Plastik yang Jadi Andalan, Ada Risiko Kanker hingga Fertilitas

Lebih dari 400 juta ton plastik diproduksi secara global setiap tahun. Separuhnya digunakan sekali dan dibuang.

Hanya 15 persen sampah plastik yang dikumpulkan untuk didaur ulang. Dari jumlah tersebut, hanya 9 persen yang benar-benar didaur ulang.

Hampir separuhnya langsung berakhir di tempat pembuangan akhir. Sementara 17 persen lainnya dibakar dan 22 persen sisanya mencemari lanskap, lautan, dan saluran air.

Mikroplastik kini telah ditemukan di Gunung Everest dan di Palung Mariana. Mereka ada di paru-paru, darah, dan makanan kita.

Dan masalahnya bisa semakin parah. Menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) , produksi plastik dapat meningkat hampir tiga kali lipat pada tahun 2060, mencapai 1,2 miliar ton per tahun. Sampah plastik diperkirakan akan mencapai lebih dari satu miliar ton.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau