Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Pemanasan Global, Turbulensi di Udara Makin Meningkat

Kompas.com - 28/08/2025, 18:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Penelitian baru dari University of Reading menemukan bahwa turbulensi meningkat seiring dengan pemanasan dunia selama 40 tahun terakhir.

Dalam studinya, peneliti menggunakan 26 model iklim global terbaru untuk mempelajari bagaimana suhu yang memanas memengaruhi jet stream pada ketinggian jelajah pesawat.

Jet stream sendiri merupakan arus udara yang bergerak cepat dan mengalir di sekitar planet pada ketinggian tinggi.

Karena berubah akibat perubahan iklim, jet stream menciptakan geseran angin yang lebih kuat, yaitu perbedaan kecepatan angin pada ketinggian yang berbeda.

Baca juga: Pemanasan Global Bisa Ubah Pola Hujan, Timbulkan Kekeringan dan Banjir

Studi baru yang diterbitkan di Journal of the Atmospheric Sciences ini kemudian menemukan bahwa geseran angin akan meningkat 16–27 persen dan atmosfer akan menjadi 10–20 persen kurang stabil dari tahun 2015 hingga 2100.

"Peningkatan geseran angin dan berkurangnya stabilitas itu lalu menciptakan kondisi yang ideal untuk turbulensi udara jernih, yaitu goncangan tak terlihat dan tiba-tiba yang dapat mengguncang pesawat tanpa peringatan. Berbeda dari turbulensi akibat badai, turbulensi udara jernih tidak dapat dideteksi oleh radar, sehingga sulit dihindari oleh pilot," terang Joana Medeiros, peneliti utama dan kandidat PhD di University of Reading, dikutip dari Phys, Rabu (27/8/2025).

Profesor Paul Williams yang juga penulis studi dari University of Reading, menambahkan bahwa maskapai penerbangan pun memerlukan teknologi baru untuk mendeteksi turbulensi sebelum terjadi, sehingga dapat melindungi penumpang saat langit menjadi lebih kacau.

Baca juga: Permukaan Laut Tetap Naik meski Pemanasan Global Dibatasi 1,5 Derajat C

Lebih lanjut, penelitian ini mengkaji skenario emisi sedang dan tinggi.

Hasilnya menunjukkan bahwa dampak terburuk turbulensi terjadi pada emisi gas rumah kaca tertinggi, dan masalah ini akan memengaruhi baik belahan bumi utara maupun selatan.

Menurut Research Applications Laboratory, turbulensi merugikan maskapai penerbangan di Amerika Serikat sebesar 150 juta dolar AS hingga 500 juta dolar AS setiap tahun.

Baca juga: Krisis Iklim Tingkatkan Kasus Kecelakaan di Laut dan Perburuk Kehidupan Nelayan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau