JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) menyebutkan bahwa penggunaan biodiesel berbasis minyak sawit sebesar 40 persen atau B40 di Indonesia telah memecahkan rekor. Bauran energi bersih yang digunakan dalam negeri merupakan yang tertinggi di dunia.
Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis PT Pertamina, Agung Wicaksono, berkata B40 adalah bagian dari low carbon business dalam upaya transisi energi.
"Biodiesel kita ini dengan sekarang B40 itu rekor dunia, tidak ada yang lebih tinggi dari itu. Dengan penghematan yang luar biasa bagi devisa negara, Rp 675 triliun dari 2020 sampai 2025," kata Agung dalam CEO Connect 2025 yang digelar di Menara Kompas, Kamis (16/10/2025).
Baca juga: BBM E10 Tingkatkan Bauran EBT, tapi Bahan Bakunya Bersaing Kebutuhan Pangan
Dia menjelaskan, perjalanan biofuel di Indonesia dimulai dari B2,5, lalu B20, B30, dan kini B40. Tahun depan, pemerintah menargetkan uji coba B50.
"Karena penghematannya tadi luar biasa. Kita sejak masuk B20 enggak ada lagi impor diesel, impor solar enggak ada jadi semuanya betul-betul dalam negeri," tutur dia.
Apabila B50 diterapkan, Agung memproyeksikan Indonesia tak perlu lagi mengimpor bahan bakar bahkan untuk sektor swasta. Biodiesel berbasis minyak sawit dinilai menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan ekonomi.
Di sisi lain, Pertamina juga tengah mengembangkan energi bersih di sektor bensin melalui pencampuran etanol seperti produk Pertamax Green 95. Kini, Pertamax Green 95 tersedia di 163 SPBU di wilayah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jabodetabek. Dalam kesempatan itu, ia turut menyinggung percampuran etanol ke BBM.
"Orang berdebat etanol ini katanya bikin (mesin) berbet-brebet alasannya. Padahal Pertalite enggak pakai etanol, enggak ada dicampur etanol," ucap Agung.
"Ini jadi kambing hitam, padahal etanol menurut kami adalah white goose-nya karena dengan etanol kita bisa mengurangi impor, mendorong energi yang berasal dari dalam negeri, dan dari segi emisi pasti akan turun," imbuh dia.
Karenanya, Pertamina tengah menyiapkan integrasi hulu terkait energi bersih.
Baca juga: Penggunaan BBM Kualitas Rendah Perlu dibatasi untuk Pangkas Emisi
Diberitakan sebelumnya, pemerintah menetapkan alokasi B40 sebanyak 15,6 juta kiloliter biodiesel dengan rincian 7,55 juta kl diperuntukkan bagi public service obligation (PSO) pada 2025. Sementara 8,7 juta kl dialokasikan untuk non-PSO.
Penjualan bakar campuran ini juga bertujuan mengurangi 41,46 juta ton emisi karbon dioksida (CO2), meningkatan nilai tambah CPO sebesar Rp20,9 triliun, hingga penyerapan tenaga kerja. Implementasi program mandatori B40 termaktub dalam Keputusan Menteri ESDM No 341.K/EK.01/MEM.E/2024 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar dalam Rangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Sebesar 40 Persen.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya