“Dengan mengajukan diri agar operasi pertambangannya untuk diaudit secara independen terhadap standar pertambangan global yang paling ketat di dunia, Harita Nickel menjadi contoh mengenai transparansi operasional pertambangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Indonesia,” kata Aimee seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (16/4/2025).
Adapun capaian perusahaan akan ditentukan dalam empat tingkat, yaitu IRMA Transparency, IRMA 50, IRMA 75, atau IRMA 100.
Director of Health, Safety and Environment Harita Nickel Tonny Gultom menuturkan, transparansi tersebut menunjukkan komitmen perusahaan terhadap praktik responsible mining.
“Inisiatif ini juga mendukung visi pemerintah Indonesia untuk sektor pertambangan yang transparan serta bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial,” ucapnya seperti diberitakan Kompas.com, Rabu.
Ia menambahkan, Harita Nickel juga mengadopsi standar lain seperti Responsible Minerals Assurance Process (RMAP) dari Responsible Minerals Initiative (RMI).
“Status kesesuaian yang diperoleh dari audit ini menegaskan bahwa sistem manajemen risiko Harita Nickel telah diterapkan sesuai dengan standar yang berlaku,” imbuh Tonny.
Baca juga: Harita Tambah Dua Entitas Baru demi Keberlanjutan dan Efisiensi
Sejak memulai operasi pada 2010, Harita Nickel telah mengembangkan fasilitas pertambangan dan pemrosesan terintegrasi, termasuk smelter nikel saprolit pada 2017, fasilitas high pressure acid leach (HPAL) untuk bijih limonit pada 2021, serta produksi nikel sulfat dan kobalt sulfat pada 2023.
Komitmen menjalani audit IRMA merupakan kelanjutan dari upaya memperkuat standar keberlanjutan dan sekaligus strategi untuk menembus pasar ekspor utama, seperti Amerika Serikat dan Eropa yang kini semakin ketat dalam menuntut pasokan mineral dari sumber yang bertanggung jawab.
“ESG kini jadi pertimbangan dalam keputusan berinvestasi,” ujar Community Affairs General Manager Harita Nickel Dindin Makinudin dalam diskusi Energy Editor Society bertajuk Uncovering ESG Transformation in Indonesia’s Nickel Mining Industry di Jakarta, Jumat (4/7/2025), seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (6/7/2025).
Secara terpisah, peneliti Senior The Prakarsa Setyo Budiantoro menjelaskan, pemenuhan standar keberlanjutan yang ketat seperti IRMA Standard membuka peluang bagi sektor ekstraksi nasional untuk menembus pasar Eropa dan Amerika Serikat, tidak lagi bergantung pada pasar China.
Baca juga: Harita Nickel Persilakan Organisasi Kehutanan Lakukan Kajian Sosial di Pulau Obi
“Kalau produk kita tidak sustainable, kita akan terinklusi dari pasar. Kita enggak bisa masuk. Jadi, ini tidak hanya soal etika, tapi juga soal daya saing,” ujarnya seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (7/5/2025).
Aimee pun menyatakan hal serupa. Keikutsertaan dalam audit IRMA menunjukkan komitmen perusahaan tambang terhadap responsible mining serta meningkatkan reputasi mereka di pasar mineral kritis global.
“Selain itu, juga mampu menarik investor yang berorientasi pada ESG,” jelasnya.
Senada, Chairperson of Advisory Board Social Investment Indonesia Jalal menilai praktik bisnis berkelanjutan kini juga menjadi pertimbangan bagi investor dan lembaga keuangan untuk memberikan modal kepada perusahaan. Prinsip berkelanjutan juga turut menjaga lingkungan.
Baca juga: Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024
“Kalau perusahaan memberikan manfaat sosial, lingkungan, dan lainnya, perusahaan itu akan cuan. Kalau cuan diperoleh dengan merusak lingkungan, dia tidak akan berkelanjutan,” ujarnya dikutip dari Kompas.id, Kamis (8/5/2025).
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya