KOMPAS.com - Di balik lanskap Sumba yang memesona, masyarakatnya masih bergulat dengan tantangan berat, yakni keterbatasan akses air bersih.
Data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2022 mencatat, angka stunting di Kabupaten Sumba Barat Daya mencapai 44 persen dan menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia. Kondisi ini berkaitan erat dengan keterbatasan air bersih dan sanitasi.
Sebagai informasi, Desa Watulabara di Kabupaten Sumba Barat Daya menjadi salah satu wilayah yang lama terdampak krisis air. Sekitar 2.000 warga hidup dengan ekonomi sederhana, bergantung pada pertanian yang sangat dipengaruhi musim hujan.
Baca juga: Berkat Program CSR Vinilon Group dan Solar Chapter, Warga Desa Banuan Kini Merdeka Air Bersih
“Dulu kalau mau beli air, kami harus siapkan uang besar sekali. Kalau tidak, ya jalan jauh ke sumber mata air,” tutur salah satu warga, Marliana Bolo atau karib disapa Mama Ela dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (27/10/2025).
Untuk memenuhi kebutuhan harian, warga harus membeli air dalam tangki berisi 5.000 liter seharga Rp 200.000 hingga Rp250.000. Bagi banyak keluarga, biaya itu sangat memberatkan.
Akibatnya, air hanya digunakan untuk kebutuhan pokok seperti minum, memasak, dan mandi.
Tahun 2025 menjadi titik balik bagi Desa Watulabara. Melalui program Merdeka Air, inisiatif kolaboratif antara masyarakat desa dan lembaga sosial Solar Chapter didukung pendanaan corporate social responsibility (CSR) dari InfluenceStar Management.
Lewat program tersebut, sistem air bersih tenaga surya dibangun dengan dirancang menyesuaikan kondisi geografis desa.
Menurut Senior Project Associate Solar Chapter Amalia Narya, proyek ini menjadi salah satu yang paling menantang pada 2025.
“Program Merdeka Air di Desa Watulabara ini termasuk yang tersulit, dilihat dari elevasi ketinggian mencapai 90 meter dan jalur pipa yang sulit dilewati bahkan oleh manusia sekalipun. Namun, hal ini menjadi mungkin berkat kekompakan multipihak. Sekarang setiap orang bisa menikmati air minimal 60 liter per hari, dari yang sebelumnya hanya 10 liter,” ujarnya.
Kepala Desa Watulabara, Marten Malo, sempat mengaku ragu melihat posisi bak reservoir yang dibangun di titik tertinggi desa.
Baca juga: Atasi Krisis Air Bersih, Solar Chapter Bangun Pompa Air Tenaga Surya di Naisau NTT
“Awalnya saya tidak yakin, posisi bak ini tinggi sekali. Saya takut air tidak sampai. Tapi ketika akhirnya mengalir, lebih dari ‘wow’. Kami senang, harapan besar akhirnya terwujud,” katanya.
Kini, sebanyak 18 panel surya terpasang dan mampu memompa hingga 58.000 liter air per hari. Air dialirkan ke desa dan langsung dimanfaatkan oleh 1.119 warga. Kehadiran akses air bersih bukan hanya menjawab kebutuhan rumah tangga, melainkanjuga menggerakkan kembali sektor pertanian, peternakan, dan kebersihan lingkungan.
Program Merdeka Air tidak berhenti pada pembangunan infrastruktur. Warga Desa Watulabara kini membentuk Komite Air yang berperan mengelola keberlanjutan fasilitas tersebut. “Melihat warga desa bekerja dengan semangat dan senyum tanpa sedikit pun mengeluh membuat saya sadar, kebahagiaan bisa tumbuh dari gotong royong dan harapan akan perubahan yang berkelanjutan,” tutur Founder InfluenceStar Management Kenan Wibisono,.
Program Merdeka Air tidak berhenti pada pembangunan infrastruktur. Warga Desa Watulabara kini membentuk Komite Air yang berperan mengelola keberlanjutan fasilitas tersebut.
Melalui iuran rutin dan pelatihan teknisi lokal, masyarakat dilatih untuk memastikan sistem pompa dan panel surya dapat berfungsi dalam jangka panjang.
Upaya tersebut menjadi bukti bahwa pembangunan berkelanjutan tidak bisa berdiri sendiri. Ia tumbuh dari kolaborasi, partisipasi warga, dan rasa memiliki bersama.
Kini, air telah mengalir hingga ke depan rumah warga. Sebuah pemandangan yang dulu hanya menjadi harapan.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya