SETIAP 17 Agustus, Masyarakat Indonesia merayakan hari kemerdekaan dengan penuh semangat. Perayaan ini memang terlihat seperti seremoni, tapi sebenarnya merupakan momen penting sebagai pengingat bahwa Indonesia mampu berdiri di atas kakinya sendiri.
Dalam konteks kewirausahaan, saat ini adalah momennya untuk berbicara bagaimana wirausaha Indonesia bisa bertumbuh dan mampu menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Apakah semangat kemandirian kewirausahaan sudah benar-benar hadir di Indonesia?
Indonesia mempunyai target ambisius, yaitu 8 persen rasio wirausaha di tahun 2045. Target ini menjadi cita-cita sejak dicanangkan Indonesia Emas oleh pemerintah Indonesia. Hal ini tidak akan terjadi kalau fondasinya tidak kuat.
Pendidikan kewirausahaan menjadi hal mendasar dari ekosistem wirausaha sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden No 2. Tahun 2022 tentang Pengembangan Kewirausahaan Nasional.
Baca juga: Gaji Rp 100 Juta Wakil Rakyat
Artinya, Pendidikan kewirausahaan merupakan elemen penting yang akan mempercepat lahirnya wirausaha dan mendorong UMKM Indonesia naik kelas.
Penting bahwa pendidikan kewirausahaan tidak diukur dari seberapa cepat Indonesia mendapatkan pengakuan standar global, tapi melihat dari seberapa relevan untuk menjawab kebutuhan nasional.
Banyak teori lahir dari Stanford dan MIT, belum tentu bisa diterapkan secara penuh di Sabang, Merauke, NTT, Aceh, Bali atau Ternate.
Kewirausahaan bisa direlasikan dengan kebebasan berkreasi, maka pendidikan kewirausahaan juga harus berani beradaptasi, modifikasi, bahkan menciptakan pendekatan baru.
Inilah yang masih kurang, Peneliti Indonesia sebenarnya mampu melahirkan framework atau model khas Indonesaia, tidak hanya digunakan di Indonesia, tapi harus berkontribusi pada dunia.
Di kampus saat ini banyak sekali energi digunakan untuk menggulang dan meningkatkan level keahlian teori asing.
Banyak peneliti dan pendidik kewirausahaan lebih banyak menggunakan teori dan framework kewirausahaan luar negeri dibanding menggali fenomena kewirausahaan unik di Tanah Air.
Memang tidak salah. Namun, perlu diingat bahwa terdapat cita-cita besar dari hilirisasi riset yang diharapkan dapat memperkaya keilmuan kewirausahaan di Indonesia.
Tidak akan habis fenomena UMKM Indonesia yang bertahan dengan modal minim, wirausaha berbasis komunitas atau inovasi yang lahir dari keterbatasan sumber daya di daerah.
Baca juga: Paradoks Indonesia: Makmur Ekonominya, Rapuh Toleransinya
Kekayaan Indonesia tidak akan habis untuk digali dan merupakan unlimited data yang bisa diubah menjadi jutaan inovasi di bidang pendidikan kewirausahaan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya