Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota DPR Ramai-ramai Tanya soal Utang Whoosh, Begini Respons Bos KAI

Kompas.com - 20/08/2025, 17:07 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Bobby Rasyidin menyatakan bahwa pihaknya akan berkomunikasi dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anggara Nusantara (BPI Danantara) untuk membahas utang kereta cepat Whoosh.

Hal ini diungkapkannya untuk merespons tanggapan para anggota DPR RI Komisi VI yang meminta penjelasannya atas utang kereta cepat Whoosh.

“Kami akan koordinasi dengan Danantara untuk masalah KCIC ini, terutama kami dalami juga. Ini bom waktu,” ujarnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR RI Komisi VI di ruang rapat DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (20/8/2025).

Baca juga: Anggota DPR Ramai-Ramai Minta Penjelasan Dirut KAI soal Utang Whoosh

Sebagai informasi, proyek kereta cepat ini mengalami pembengkakan biaya atau cost overrun senilai 1,2 miliar dollar AS, setara sekitar Rp 18,02 triliun.

Berdasarkan hasil audit bersama yang telah disepakati kedua negara, total biaya pembangunan KCJB kini mencapai 7,27 miliar dollar AS atau sekitar Rp 108,14 triliun.

Anggota DPR RI Komisi VI pun ramai-ramai meminta penjelasan manajemen KAI atas utang tersebut.

Ketua Komisi VI DPR RI Anggia Emarini menyatakan bahwa seharusnya kinerja KAI tergolong moncer. Namun, sayangnya utang kereta cepat Whoosh belum terselesaikan.

“Kereta Api sebenarnya tinggi, bisa laba, tapi karena punya Whoosh jadinya defisit,” ujarnya.

Hal tersebut juga diamini oleh anggota Komisi VI lainnya, Darmadi Durianto. Menurutnya, dalam kurun waktu 2 tahun, cukup besar. Apalagi KAI turut menanggung beban proyek kereta cepat.

“Itu kalau dihitung 2025, itu bisa beban keuangan dan dari kerugian KCIC bisa capai Rp 4 triliun lebih. Dari beban KCIC sendiri sudah Rp 950 miliar, dikalikan dua sudah Rp 4 triliun lebih,” katanya.

Darmadi memproyeksikan jika utang KAI tak juga dilunasi, di tahun 2026 utang KAI bisa mencapai Rp 6 triliun.

Sementara itu, anggota Komisi VI lainnya, Rieke Diah Pitaloka, mengungkapkan bahwa investasi KAI ke PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) 2025 sejak awal tahun telah menyuntikkan modal Rp 7,7 triliun untuk KCIC.

Dia memaparkan, konsorsium dengan pemegang saham KAI tertinggi 58,53 persen, WIKA 33,36 persen, Jasa Marga 7,08 persen, dan Perkebunan Nusantara 1,03 persen.

Sementara PTSB sendiri menggenggam 60 persen saham di KCIC sebagai operator Whoosh.

“Termasuk dalam proyek strategis nasional, menghabiskan investasi sebesar 7,2 miliar dollar AS atau setara Rp 116 triliun. Kerugian semester I-2025, mohon saling cek pada datanya, mencatat kerugian Rp 1,65 triliun dari investasi di PSBI. KAI kerugiannya sebesar itu, kemudian selama tahun 2024 kerugian sebesar Rp 4,195 triliun," jelasnya.

Baca juga: Laporan Keuangan KAI Ungkap Rugi Triliunan BUMN Konsorsium Whoosh

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau