Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Berubah Arah, Stok Beras Bulog Berpotensi Bengkak hingga Rekor Tertinggi

Kompas.com - 08/09/2025, 09:47 WIB
Suparjo Ramalan ,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengalihan anggaran perberasan tahun ini bisa berbuntut panjang. Dana yang semula disiapkan untuk penyaluran beras di hilir dialihkan ke penyerapan di hulu.

Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia, Khudori, mengatakan, kebijakan tersebut akan berdampak pada tugas Perum Bulog untuk menyerap 3 juta ton gabah di tingkat petani.

Menurutnya, penyerapan 3 juta ton gabah dapat dijalankan relatif baik, bahkan memecahkan rekor stok beras terbesar sepanjang sejarah.

Namun pengalihan anggaran itu menimbulkan masalah baru: beras berpotensi menumpuk di gudang karena tak ada kepastian penyaluran.

Baca juga: Dirut Bulog Tinjau Gudang Usai Isu 300.000 Ton Beras Disposal, Pastikan Kualitas Terjaga

Hingga 29 Agustus 2025, stok cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog mencapai 3,9 juta ton.

Jika target penyaluran Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebesar 1,3 juta ton, serta bantuan pangan 366.000 ton benar-benar tersalurkan hingga Desember, stok akhir tahun Bulog masih akan tersisa 2,684 juta ton.

Jumlah itu jauh lebih besar dibanding 11 tahun terakhir, di mana rekor sebelumnya pada 2018 hanya 2 juta ton.

Khudori menyebut kondisi ini menimbulkan konsekuensi berat. Stok beras yang menumpuk berisiko turun mutu, bahkan rusak.

Apalagi ratusan ribu ton di antaranya merupakan beras impor 2024 yang sudah berusia lebih dari setahun. Jika tak segera tersalurkan, usianya akan bertambah di tahun depan.

“Bagi Bulog, stok beras akhir tahun yang besar akan menimbulkan konsekuensi tidak mudah. Selain ada risiko turun volume, beras juga berpotensi turun mutu dan bahkan rusak. Risiko ini muncul karena dari 3,9 juta ton yang ada di gudang Bulog saat ini ada ratusan ribu ton beras berusia lebih setahun. Sebagian besar sisa impor 2024,” ujar Khudori kepada Kompas.com, Senin (8/9/2025).

“Bisakah dipastikan beras berusia tua itu tersalurkan semua di tahun ini jika penyaluran kecil? Jika beras tua tidak tersalurkan semua tahun ini, usianya akan bertambah di awal tahun depan. Bagaimana kualitas beras itu nantinya?“ tanyanya.

Baca juga: Bulog Bantah Isu 300.000 Ton Beras Rusak dan Rugikan Negara Rp 4 Triliun

Pasar tidak terkendali akibat tumpukan beras di gudang Bulog

Dari sisi masyarakat, penumpukan beras di gudang Bulog justru membuat harga di pasar tidak terkendali.

Kenaikan harga gabah dari Rp 6.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 6.500 per kg sejak April 2025 memicu lonjakan harga beras yang berlangsung hingga Agustus.

Intervensi pemerintah baru dilakukan pertengahan Juli melalui operasi pasar dan bantuan pangan 10 kg untuk 18,3 juta keluarga.

Namun langkah itu dinilai terlambat, sehingga beras tetap menjadi penyumbang inflasi terbesar selama tujuh dari delapan bulan pertama tahun ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau