Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Prioritaskan Program MBG di Daerah dengan Stunting Tinggi

Kompas.com - 28/10/2025, 08:00 WIB
Suparjo Ramalan ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah diminta memprioritaskan pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di daerah-daerah dengan tingkat stunting dan kemiskinan yang tinggi.
Saran itu disampaikan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) dalam program Filonomics Kompas.com, disiarkan Senin (27/10/2025).

Indef menilai MBG akan tepat sasaran jika di program ini diprioritaskan di daerah yang terdapat banyak anak-anak kekurangan gizi.

Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto, mengatakan sejak awal MBG didesain untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak sekolah, terutama dari keluarga kurang mampu. Wajar bila program MBG diarahkan terlebih dahulu untuk wilayah yang paling membutuhkan.

“Kalau memang arahnya adalah perbaikan gizi seperti namanya sendiri ya, kemudian kesehatan gitu, maka memang harus memprioritaskan daerah-daerah yang sangat memerlukan,” ujar Eko.

Baca juga: FILONOMICS: MBG, Nilai Tambah, dan PR Pembenahan yang Tak Bisa Ditunda

Pemerintah sendiri mengantongi data perihal titik-titik di daerah yang memiliki angka stunting tinggi. Eko menekan wilayah-wilayah tersebut paling membutuhkan intervensi gizi dari negara.

“Kita bisa melihat ya data dari pemerintah juga, data-data dimana titik-titik stunting itu tinggi, daerah-daerah dengan stunting tinggi daerah-daerah dengan kemiskinan tinggi, itu sebetulnya memang secara common sense aja harusnya lebih menyasar ke situ,” paparnya.

Meskipun daerah dengan tingkat stunting tinggi seharusnya menjadi prioritas utama MBG, pemerintah perlu mempertimbangkan faktor kesiapan di lapangan.

Baca juga: Indef: Program Makan Bergizi Gratis Dorong Gizi Anak dan Lapangan Kerja Baru

Eko mencatat wilayah terpencil atau daerah dengan kasus stunting besar umumnya memiliki tingkat kesiapan yang lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan. Di daerah seperti itu, jumlah pelaku usaha atau UMKM yang mampu terlibat dalam penyediaan makanan bergizi masih terbatas.

Hal ini berbeda dengan wilayah perkotaan yang infrastruktur dan jaringan usahanya sudah lebih siap. Menurutnya, pemerintah perlu memikirkan cara agar program MBG tetap bisa berjalan efektif di daerah-daerah yang sangat membutuhkan, meski dengan tingkat kesiapan yang belum merata.

“Nah tapi mungkin ada aspek ketiga, yaitu kesiapan. Kita tahu juga konteksnya di daerah-daerah seperti terpencil atau katakanlah daerah-daerah dengan stunting tinggi tadi, mungkin katakanlah yang siap, artinya pengusaha yang siap atau UMKM yang siap untuk menyambut program ini, mungkin juga relatif lebih rendah,” paparnya.

Baca juga: BGN Kolaborasi Selesaikan Masalah Program Makan Bergizi Gratis

Eko menyampaikan, program MBG yang sudah berjalan sejak Januari 2025 atau sekitar sepuluh bulan, sejauh ini memang telah membawa dampak positif dan menjadi perhatian luas publik.

Dari hasil pemantauan big data yang dilakukan Indef, MBG termasuk salah satu program pemerintahan Prabowo-Gibran yang paling banyak dibicarakan warganet karena manfaatnya langsung dirasakan masyarakat.

Baca juga: Indef: Potensi Ekonomi Indonesia Tahun Ini di Bawah 5 Persen Sangat Tinggi

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau