Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aly Ashghor
Dosen

Dosen Hukum Keamanan di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Polri Tak Butuh Kultur Militeristik Brimob

Kompas.com - 04/09/2025, 15:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GELOMBANG besar demonstrasi di Jakarta dan daerah lain di Indonesia pada akhir Agustus 2025, menjadi catatan penting mengenai demokratisasi sektor keamanan di Indonesia, khususnya Polri.

Aksi demonstrasi yang semula damai berakhir dengan bentrokan antara polisi dan massa.

Puncaknya, tragedi terlindasnya pengemudi ojek online oleh rantis Brimob Polri pada 28 Agustus 2025, menyulut emosi publik. Aksi protes seketika berubah menjadi ledakan anarkis tidak terkendali di Jakarta dan sejumlah daerah lainnya.

Setidaknya sudah 10 korban tewas sepanjang aksi demonstrasi. Mobil dan kantor pemerintahan dibakar, rumah dijarah, polisi dan demonstran sama-sama terluka.

Alih-alih meredam, Polri justru memperkuat pendekatan paramiliter—penempatan pasukan Brimob, gas air mata, hingga kendaraan taktis barracuda—membuat situasi justru makin tidak terkendali.

Oleh karena itu, mendiskusikan kembali peran Korps Brigade Mobil (Brimob) sebagai unit organisasi Polri, bukanlah wacana berlebihan, melainkan kebutuhan.

Baca juga: Negara Pun Mengajarkan Anarki

 

Pasalnya, Brimob merupakan wajah militerisasi dalam institusi Polri, yang tidak sejalan dengan visi reformasi Polri untuk menghadirkan wajah polisi sipil.

Demonstrasi dan kerusuhan Agustus 2025, memberi pesan jelas—bahwa kekerasan melahirkan kekerasan—maka revisi kelembagaan, termasuk menata ulang peran Brimob Polri, adalah langkah mendesak agar polisi tidak terus mengulang kesalahan yang sama.

Tindakan berlebihan anggota Brimob terhadap massa demonstrasi menambah daftar panjang wajah represif Brimob di ruang publik.

Lantas, bagaimanakah wajah Brimob Polri yang rawan berbenturan dengan prinsip polisi sipil yang menjadi agenda reformasi Polri?

Brimob dan kultur militeristik

Korps Brigade Mobil (Brimob) adalah satuan tertua dalam tubuh institusi Polri. Satuan Brimob sebagai bagian dari Polri, keberadaannya dapat ditelusuri dari sejarah pendudukan Jepang di Indonesia yang membentuk Tokubetsu Keisatsu Tai (TKT) pada tahun 1944.

TKT menjadi unit polisi khusus yang dibentuk pemerintah kolonial Jepang dengan struktur dan kultur semi-militer untuk menghadapi revolusi fisik, terutama setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 8 Maret 1942.

Dalam perkembangannya, terutama setelah kemerdekaan RI, TKT mengalami beberapa kali perubahan nama mulai dari Polisi Istimewa, Mobrig (Mobil Brigade) dan menjadi Brimob (Brigade Mobil) dilakukan pada 14 November 1961, oleh Presiden Soekarno.

Dilihat dari sejarahnya, satuan Brimob Polri sejak kelahirannya tidak dapat dilepaskan dari fungsi paramiliter.

Dalam literatur studi kepolisian, polisi para militer adalah praktik ketika kepolisian sebagai institusi sipil (civilian police) menggunakan cara-cara militer dalam menjalankan tugas dan fungsinya (Kraska, 2007).

Halaman:


Terkini Lainnya
Ketua Komisi II Tanggapi Yusril soal Artis Kalahkan Orang Berbakat di Pemilu
Ketua Komisi II Tanggapi Yusril soal Artis Kalahkan Orang Berbakat di Pemilu
Nasional
Gantikan Budi Arie, Menkop Ferry Dorong UU Sistem Perkoperasian Nasional
Gantikan Budi Arie, Menkop Ferry Dorong UU Sistem Perkoperasian Nasional
Nasional
Klaim Hotman Paris: Tak Ada Mark-up, Unsur Korupsi Kasus Chromebook Gugur
Klaim Hotman Paris: Tak Ada Mark-up, Unsur Korupsi Kasus Chromebook Gugur
Nasional
Usai Reshuffle, Kader Gerindra Ramai-ramai Merapat ke Rumah Prabowo di Kertanegara
Usai Reshuffle, Kader Gerindra Ramai-ramai Merapat ke Rumah Prabowo di Kertanegara
Nasional
Bahlil Usulkan Puteri Komarudin Gantikan Dito Ariotedjo di Kursi Menpora
Bahlil Usulkan Puteri Komarudin Gantikan Dito Ariotedjo di Kursi Menpora
Nasional
Jadi Wamen Haji dan Umrah, Dahnil Anzar Punya Harta Rp 27,8 Miliar
Jadi Wamen Haji dan Umrah, Dahnil Anzar Punya Harta Rp 27,8 Miliar
Nasional
Menkeu Deg-degan Diminta Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen: Berat Banget
Menkeu Deg-degan Diminta Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen: Berat Banget
Nasional
IHSG Terkoreksi, Menkeu Purbaya: Saya 15 Tahun Lebih di Pasar, Tahu Perbaiki Ekonomi
IHSG Terkoreksi, Menkeu Purbaya: Saya 15 Tahun Lebih di Pasar, Tahu Perbaiki Ekonomi
Nasional
Prabowo Reshuffle 5 Menteri, PAN: Masyarakat Ingin Ada Perubahan
Prabowo Reshuffle 5 Menteri, PAN: Masyarakat Ingin Ada Perubahan
Nasional
Kemhan Tepis Darurat Militer: Tak Betul TNI Ingin Ambil Alih Peran Polisi
Kemhan Tepis Darurat Militer: Tak Betul TNI Ingin Ambil Alih Peran Polisi
Nasional
Jadi Menteri Koperasi, Ferry Juliantono Punya Harta Rp 52 Miliar
Jadi Menteri Koperasi, Ferry Juliantono Punya Harta Rp 52 Miliar
Nasional
Soal Menteri Main Domino, Anggota DPR: Nanti Dibilang Berjudi
Soal Menteri Main Domino, Anggota DPR: Nanti Dibilang Berjudi
Nasional
Purbaya Sempat Tak Percaya Ditunjuk Gantikan Sri Mulyani: Saya Pikir Ditipu
Purbaya Sempat Tak Percaya Ditunjuk Gantikan Sri Mulyani: Saya Pikir Ditipu
Nasional
Jadi Menteri P2MI, Mukhtarudin Punya Harta Rp 17,9 Miliar
Jadi Menteri P2MI, Mukhtarudin Punya Harta Rp 17,9 Miliar
Nasional
Sri Mulyani Kena 'Reshuffle', Mensesneg: Bukan Mundur, Bukan Dicopot
Sri Mulyani Kena "Reshuffle", Mensesneg: Bukan Mundur, Bukan Dicopot
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau