UNGARAN, KOMPAS.com – Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah mulai berdampak pada sektor transportasi dan perhotelan.
Penurunan permintaan jasa transportasi dan pembatalan acara instansi pemerintah membuat para pengusaha mengalami penurunan pendapatan yang signifikan.
Pengelola PO. Citra Dewi Bandungan, Kabupaten Semarang, Handika Gusni Rahmulya, mengungkapkan bahwa sejak Januari 2025, jumlah pemesanan bus turun hingga 35 persen.
Bahkan, beberapa instansi yang sebelumnya sudah memesan bus akhirnya membatalkan order mereka.
"Dua bulan ini memang ada penurunan hingga 35 persen dibanding saat-saat biasa kemarin. Bahkan ada juga instansi yang sudah deal, sudah pesan bus tapi beberapa hari lalu membatalkan dengan alasan efisiensi," ujar Handika, Kamis (20/2/2025).
Baca juga: Efisiensi Anggaran, Brebes Kehilangan Rp 109 Miliar, Perbaikan Jalan Terancam Batal
Dalam kondisi normal, setidaknya lima dari 27 bus yang dimiliki PO. Citra Dewi beroperasi setiap hari. Namun kini, banyak bus yang hanya terparkir di garasi karena minimnya permintaan.
"Kondisi sekarang memang berat, karena selain pemesan umum dan pariwisata, kami juga menyasar pemesan dari instansi yang membutuhkan jasa transportasi," jelasnya.
Biasanya, menjelang Ramadan, permintaan sewa bus meningkat untuk perjalanan ziarah atau kegiatan instansi yang dipercepat sebelum memasuki bulan puasa.
Namun, tahun ini belum ada tanda-tanda lonjakan pemesanan.
Meski belum ada pemutusan hubungan kerja (PHK), beberapa awak bus memilih mengundurkan diri karena tidak ada pemasukan akibat minimnya order.
"Kalau di bus kan sistemnya berangkat bekerja menerima bayaran, kalau tidak ada yang order dan tidak bekerja, ya teman-teman akhirnya mencari pekerjaan lain untuk menghidupi keluarga," tambah Handika.
Baca juga: PHRI Banyuwangi: Dampak Efisiensi Anggaran Setara dengan Pandemi Covid-19
Sektor Perhotelan Juga Terimbas
Dampak kebijakan efisiensi anggaran juga dirasakan sektor perhotelan. GM The Wujil Resort & Conventions, Ahmad Solela, mengakui bahwa beberapa acara yang sebelumnya direncanakan di hotelnya dibatalkan karena pengurangan anggaran pemerintah.
"Artinya dampak langsung kepada bisnis hotel juga sangat terasa, termasuk di The Wujil sendiri," ungkap Solela.
Ia pesimistis bahwa pendapatan Februari akan mencapai target, karena pangsa pasar utama mereka—yaitu acara pemerintahan—mengalami penurunan drastis.
"Untuk bulan Maret 2025, demand dari pemerintahan juga masih kosong. Sehingga harus mencari pangsa yang lain karena kalau kondisinya begini, ya bertahan," tutupnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang