BENGKULU, KOMPAS.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah kerap menyisakan cerita mengharukan. Tak terlepas di Bengkulu, kisah haru juga muncul.
Person In Charge (PIC) dua dapur MBG di Kabupaten Kaur, di Desa Suka Bandung, Kecamatan Kaur Selatan dan Desa Tanjung Iman, Kecamatan Tanjung Kemuning, Kasmi Harasti, menyatakan ada kisah haru yang ia temui.
"Sekali waktu menu MBG kami ada telur yang telah direbus. Kemudian MBG dibagikan ke sekolah-sekolah," ujar Kasmi membuka cerita, belum lama ini ditemui di dapur MBG Kecamatana Tanjung Kemuning, Kabupaten Kaur, Bengkulu.
Kasmi melanjutkan, ketika siswa menerima menu makanan di omprengan ada siswa yang mengantongi telur itu. Ia tak menyantap telur tersebut.
Siswa itu hanya memakan sayur, nasi dan buah yang telah disajikan.
"Lalu saya tanya kenapa telurnya tidak dimakan. Kamu tidak suka telur?" tanya Kasmi pada siswa itu.
Baca juga: Memutus Rantai Kemiskinan Nelayan dalam Seporsi MBG
"Saya suka telur, namun saya ingat ayah tidak pernah makan telur rebus maka saya tidak makan telur, telurnya akan saya beri ke ayah saat saya pulang ke rumah," ucap Kasmi menirukan jawaban siswa itu.
Menurutnya program MBG sangat membantu siswa-siswa di daerah terpencil. Banyak siswa yang jarang makan telur, ayam, daging dan ikan laut.
"Kami menemukan banyak memang siswa jarang mengonsumsi makanan yang dihidangkan di MBG," jelas dia.
Telur menurutnya, memang makanan yang umum namun bagi masyarakat desa terpencil, dan miskin telur jarang dikonsumsi.
Para relawan menyiapkan kebutuhan untuk Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Kair, Bengkulu"Kabupaten Kaur ini penghasil makanan laut melimpah maka menu kami ditambahkan ikan laut jenis tuna dan marlin. Ini makanan ekspor," katanya.
Ia merangkul koperasi nelayan untuk memenuhu pasokan ikan. Tidak kurang 1,5 ton tuna ia pesan dari nelayan untuk memenuhi 6.710 porsi MBG dari dua dapurnya.
Amatan kompas.com, baru di Kabupaten Kaur menu ikan laut masuk sebagai menu MBG. Banyak pertimbangan dapur MBG belum berani memasukkan ikan laut sebagai menu, salah satunya alasan ada kemungkinan alergi ukan laut pada beberapa siswa.
Baca juga: Prabowo Sebut Penerima MBG Capai 36,2 Juta, Setara 7 Kali Populasi Singapura
"Kalau kami, data dahulu siswa alergi makanan laut. Kami beri menu pengganti. Itu jumlahnya tidak banyak. Makanan laut sangat diperlukan untuk pemenuhan gizi. Kami juga mewajibkan ikan yang dipasok harus segar tidak berpengawet," ujarnya.