KOMPAS.com - Nama Tanjung Verde atau Cape Verde mungkin baru belakangan ramai dibicarakan, terutama setelah negara kepulauan kecil di Samudra Atlantik ini sukses menorehkan sejarah dengan lolos ke Piala Dunia 2026.
Mereka melenggang ke kompetisi besar empat tahunan itu setelah mengalahkan Eswatini 3-0 tanpa balas pada pertandingan terakhir.
Namun di balik prestasi sepak bolanya, Tanjung Verde menyimpan sejuta pesona alam, budaya, dan keramahan yang membuat siapa pun jatuh cinta pada pandangan pertama.
Terletak sekitar 570 kilometer dari pesisir barat Afrika, Tanjung Verde terdiri dari 10 pulau utama yang membentuk gugusan berbentuk tapal kuda.
Baca juga: Tanjung Verde Lolos ke Piala Dunia 2026, Intip Perjalanannya
Dilansir dari CNN Travel, setiap pulaunya memiliki karakter unik, dari gunung berapi menjulang hingga pantai berpasir putih yang lembut diterpa angin Sahara.
Sama seperti Hawaii, Tanjung Verde adalah negeri para gunung berapi. Pulau Fogo menjadi ikon dengan Pico do Fogo, gunung berapi aktif setinggi 2.829 meter.
Puncaknya menjadi favorit para pendaki, menawarkan pemandangan hamparan lava hitam dan langit biru yang seolah tak berujung.
Sementara itu, pulau Sal dan Boa Vista dikenal sebagai surga bagi pencinta pantai dan olahraga air.
Angin yang konstan menjadikannya tempat ideal untuk selancar angin, kite surfing, hingga diving. Dunia bawah lautnya pun tak kalah menakjubkan—dihuni hiu, pari, penyu, hingga paus yang bermigrasi melewati perairan Atlantik.
Pulau São Vicente adalah jantung budaya Tanjung Verde. Di kota pelabuhan Mindelo, musik menjadi napas kehidupan sehari-hari.
Dari sini lahir Cesária Évora, sang “Barefoot Diva” yang mempopulerkan musik morna ke seluruh dunia, melodi melankolis yang menggabungkan irama Afrika, Brasil, dan Iberia.
Baca juga: Sukses Tanjung Verde ke Piala Dunia 2026 Disebut Karena Percaya Pelatih Lama
Di sepanjang jalanan penuh warna, seni mural dan arsitektur kolonial Portugis berpadu indah. Beberapa bangunan tua kini diubah menjadi kafe, galeri, dan hotel butik yang memancarkan suasana hangat khas lokal.
Bagi masyarakat setempat, kata kunci untuk memahami Tanjung Verde adalah “morabeza" yang berarti keramahan dan kebaikan hati terhadap tamu.
Di sini, setiap senyum adalah sambutan, dan setiap pertemuan diwarnai dengan sapaan hangat.
Baca juga: Tanjung Verde Lolos ke Piala Dunia 2026, Catat Sejarah Baru
Mungkin inilah yang membuat Tanjung Verde begitu berbeda dari destinasi tropis lain. Meski pariwisatanya tengah berkembang pesat, masyarakatnya tetap tulus menyambut wisatawan dengan keaslian yang jarang ditemukan di tempat lain.