Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Destinasi “Healing” di Mandalika, Perpaduan Kearifan Lokal dan Keindahan Alam

Kompas.com - 24/10/2025, 15:20 WIB
Tsabita Naja,
Dwinh

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Konsep healing atau pemulihan diri sering kali dikaitkan dengan pemandangan alam yang menakjubkan atau tempat sepi dari hiruk pikuk perkotaan.

Namun, healing tidak diukur dari kemewahan tempat yang dikunjungi, melainkan dari kedalaman interaksi, pengalaman autentik, dan kemampuan mencapai kemandirian secara emosional.

Pengalaman tersebut bisa didapatkan di Mandalika. Kawasan wisata yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini, dikenal sebagai magnet wisata bahari dengan garis pantainya yang memukau dan sirkuit internasional yang mendunia.

Di balik pesona alam dan ajang balapnya, Mandalika menyimpan konsep healing yang mendalam dengan memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk meresapi kehidupan sehari-hari melalui kearifan lokal masyarakat Suku Sasak.

Baca juga: Desa Sade Lombok, Desa Adat Suku Sasak yang Penuh Keunikan dan Tradisi

Suku Sasak merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Lombok yang memiliki kekayaan seni dan budaya. Jantung budaya Suku Sasak terletak di Desa Sade dan Ende, dua wilayah yang masih menjaga warisan tradisi serta nilai-nilai adat nenek moyang.

Hingga kini, masyarakat Sade dan Ende masih melestarikan tradisi menenun yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Bagi perempuan Sasak, menenun bukan sekadar mata pencarian, melainkan keterampilan wajib yang menjadi indikator kedewasaan. Seorang gadis dianggap siap menikah apabila sudah mahir menenun.

Pasalnya, kain tenun memiliki makna mendalam bagi masyarakat Sasak. Selain menjadi pelindung tubuh, kain tenun juga mencerminkan nilai-nilai kehidupan, seperti kesabaran, ketekunan, pengorbanan, dan kesetiaan seorang perempuan.

Baca juga: Kunjungi Desa Sade, Gibran Borong Kain Tenun Buatan Warga

Di desa adat ini, pengunjung bisa membeli kain tenun asli buatan warga lokal sebagai suvenir sekaligus berkesempatan belajar menenun langsung dari para pengrajin lokal.

Aktivitas tersebut memberikan pengalaman healing yang menenangkan. Selayaknya meditasi, menenun membutuhkan fokus yang tinggi untuk memasukkan benang lusi (tegak) dan benang pakan (melintang) secara bergantian demi menghasilkan kain tenun yang indah.

Interaksi dengan ibu-ibu pengrajin lokal selama belajar menenun akan menjadi momen humanis yang berharga.

Kentalnya tradisi masyarakat Sade dan Ende juga terlihat dari bangunan rumahnya yang masih mempertahankan arsitektur tradisional. Warga setempat menyebutnya Bale, rumah tradisional beratap jerami, berdinding anyaman bambu, dan lantai tanah yang dilapisi kotoran kerbau.

Baca juga: Apa yang Kamu Ketahui tentang Rumah Adat? Ini Penjelasannya ....

Mereka membangun rumah secara gotong royong dengan berlandaskan ketentuan alam. Setiap Bale dibangun tanpa mengubah kontur tanah serta menggunakan bahan alami, seperti bambu, kayu, dan jerami.

Wisatawan diperbolehkan masuk dan melihat keunikan isi Bale yang ada di desa adat tersebut.

"Selain satu rumah penyimpanan pusaka, seluruh rumah yang ada di Desa Sade boleh dimasuki wisatawan untuk melihat keunikannya," ujar pramuwisata Dasa Sade, Erwin, dikutip dari laman indonesia.go.id, Kamis (23/10/2025).

Baca juga: Mengenal Belulut, Budaya Desa Sade yang Pel Lantai Pakai Kotoran Sapi

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Travel News
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Travel News
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
Travel News
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Travel News
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
Travelpedia
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
Travel News
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Travel News
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Travel News
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Travel News
Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani 2025 Terbaru, Simak!
Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani 2025 Terbaru, Simak!
Travel News
3 November, Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani Naik
3 November, Harga Tiket Jalur Pendakian Gunung Rinjani Naik
Travel News
Tak Menyeramkan, Hantu di Saloka Theme Park Diajak Foto Manusia
Tak Menyeramkan, Hantu di Saloka Theme Park Diajak Foto Manusia
Travelpedia
Mengenal Rapa’i Uroh Duek, Alat Musik Tradisional Lhokseumawe
Mengenal Rapa’i Uroh Duek, Alat Musik Tradisional Lhokseumawe
Travelpedia
Sejarah Keraton Surakarta, Dulu Istana Kerajaan Mataram Islam
Sejarah Keraton Surakarta, Dulu Istana Kerajaan Mataram Islam
Travelpedia
Pakubuwono XIII Wafat, Raja Keraton Surakarta yang Naik Tahta Sejak 2004
Pakubuwono XIII Wafat, Raja Keraton Surakarta yang Naik Tahta Sejak 2004
Travelpedia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau