KOMPAS.com - Penggunaan Artificial Intelligence (AI) kian marak di era digitalisasi. Kini, AI seolah menjadi “mentor” atau guru baru yang membantu masyarakat mengakses, memahami, dan mengolah informasi dengan lebih cepat dan mudah.
Indonesia sendiri masuk ke dalam 10 besar negara dengan penggunaan AI tertinggi di dunia, berdasarkan data Yahoo! Tech dalam laporan The Countries That Use AI the Most. Negeri ini menempati posisi ke-8 dengan total 304,4 juta kunjungan, sebagaimana dilansir dari Kompas.com, Rabu (13/8/2025).
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam Profil Internet Indonesia 2025 mencatat Gen Z sebagai pengguna AI terbanyak, yaitu sebesar 43,70 persen dari total populasi Gen Z di Indonesia.
Posisi berikutnya ditempati oleh generasi milenial, disusul Gen X, baby boomers, dan pre-boomers.
Baca juga: Ada 2 Pekerjaan yang Tidak Bisa Digantikan AI, Apa Saja?
Di antara Gen Z, jenis konten AI yang paling sering diakses adalah AI untuk edukasi atau pembelajaran, seperti chatbot pendidikan dan kursus berbasis AI.
Tren ini menjadikan konten edukasi sebagai kategori yang paling dominan diakses oleh masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Sementara itu, Gen Z juga memanfaatkan AI untuk berbagai kebutuhan lain. Seperti pembuatan video atau gambar generatif, mendukung produktivitas melalui analisis data, copywriting, dan penulisan otomatis, hingga penggunaan asisten virtual seperti Siri dan layanan lainnya.
Banyak orang beranggapan bahwa penggunaan AI identik dengan kecurangan, terutama untuk menyontek.
Anggapan ini tidak sepenuhnya keliru. Sebuah studi di Harvard mengungkap sebagian pengguna AI memang memanfaatkannya untuk mengerjakan tugas, pekerjaan rumah, atau ujian secara instan.
Sebaliknya, AI juga dipandang sebagai pendekatan pembelajaran modern dan tidak semua pelajar menggunakan AI untuk mencontek.
Banyak remaja memanfaatkannya secara positif, misalnya untuk meminta panduan memulai penulisan makalah atau penyusunan rencana pembelajaran mandiri.
Lebih jauh lagi, AI dalam bidang pendidikan dinilai mampu membantu remaja menemukan jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan secara langsung. Bisa juga untuk memberikan arahan dalam memulai sebuah percakapan.
Baca juga: 4 Siswa Indonesia Raih Medali di Olimpiade AI Internasional 2025
Akan tetapi, penggunaan AI yang paling umum adalah untuk mencari informasi dan melakukan brainstorming atau bertukar pikiran.
Bahaya dark AI bagi dunia digital.Ayelet Fishbach, profesor Pemasaran dan Ilmu Perilaku di Sekolah Bisnis Booth, Universitas Chicago, menilai bahwa kecurangan akademik sebenarnya bukanlah fenomena baru.
“Jika sebelumnya kita tahu bahwa kita sedang berbuat curang, sekarang muncul perasaan, ‘Mungkin saya masih melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, hanya saja lebih efisien.’ Hal ini membingungkan bagi siswa, dan kami berusaha mendukung mereka,” ujarnya dikutip dari laman NPR, Selasa (12/8/2025).