KOMPAS.com - Pergeseran zaman turut memengaruhi perkembangan teknologi dan peluang kerja. Dalam beberapa tahun terakhir generasi muda mungkin ada yang merasa khawatir terhadap masa depan mereka.
Termasuk untuk memilih jurusan di perguruan tinggi, karena perkuliahan jadi jalan awal karier mereka.
Ekonom ketenagakerjaan tamatan Harvard, David J. Deming dan Kadeem N membuat studi pada 2020 bahwa dari beberapa gelar sarjana dalam bidang. Seperti ilmu komputer, teknik, dan bisnis, menurun drastis pada karier seseorang karena keterampilan kerjanya cepat usang,
"Premi penghasilan bagi lulusan jurusan padat teknologi menurun drastis seiring waktu karena pekerja beralih dari pekerjaan yang lebih cepat berubah," hasil temuan David dan Kadeem, dikutip dari Times of India, Kamis (16/10/2025).
Baca juga: 300 Lebih Jurusan S1 Banyak Dicari Bank BRI, Mandiri dan BNI 2025
Artinya, tidak semua gelar menawarkan keberlanjutan tanpa pembaruan (update) kemampuan. Laporan dari Harvard Business Schools juga mencatat, bahkan gelar M.BA bergengsi kini tidak lagi memberikan jaminan peningkatan karier secepat dulu.
Jurusan humaniora pun mengalami penurunan peminat karena kekhawatiran soal peluang kerja. Berdasarkan laporan Harvard Business School 2022, 10 jurusan ini mengalami "reset" karena pemberi kerja menginginkan kemampuan kerja yang spesifik bukan general.
Berikut daftar 10 jurusan yang kehilangan nilai karena pergeseran kebutuhan industri.
Dulu dianggap sebagai “jurusan wajib” untuk menjadi pemimpin perusahaan. Kini banyak perusahaan lebih menghargai pengalaman praktis dan keterampilan kewirausahaan daripada gelar MBA umum.
Masih penting, tetapi kecepatan perkembangan teknologi membuat banyak keterampilan individu cepat usang. Nilai gelar Sarjana Ilmu Komputer berkurang jika tidak diimbangi pembaruan kemampuan secara rutin.
Munculnya otomatisasi dan perangkat lunak rekayasa modern membuat sebagian peran insinyur konvensional mulai berkurang. Perannya digantikan dengan kebutuhan keahlian lintas bidang seperti AI dan robotika.
AI dalam format perangkat lunak keuangan kini dapat melakukan banyak tugas akuntansi dasar, membuat lulusan baru perlu memiliki kemampuan analisis dan data yang lebih luas.
Persaingan tinggi dan peluang kerja terbatas di sektor riset murni membuat banyak lulusan berpindah ke bidang farmasi, kesehatan, atau data sains untuk karier yang lebih stabil.
Baca juga: 300 Lebih Jurusan S1 Banyak Dicari Bank BRI, Mandiri dan BNI 2025
Tanpa studi lanjutan, peluang kerja psikolog cukup sempit. Banyak lulusan S1 psikologi beralih ke HRD, pemasaran, atau bidang konsultasi.
Meski mengasah kemampuan berpikir kritis, bidang ini kurang diminati karena tidak langsung menjamin pekerjaan bergaji tinggi, kecuali dikombinasikan dengan keterampilan digital.
Relevan untuk riset dan kebijakan publik, namun pasar kerja untuk posisi khusus masih terbatas. Daya saing meningkat jika digabung dengan analisis data sosial.