KOMPAS.com - Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon menegaskan bahwa tumpeng bukan sekadar hidangan, melainkan simbol identitas budaya bangsa sekaligus instrumen diplomasi kuliner Indonesia di dunia internasional.
Hal itu diungkapnya saat menghadiri Festival Tumpeng Indonesia 2025 yang digelar di Hotel Borobudur, Jakarta.
“Tumpeng mencerminkan hubungan manusia dengan Sang Pencipta sekaligus nilai gotong
royong dan kebersamaan. Filosofi ini sangat universal dan relevan di tengah dunia yang semakin individualis. Karena itu, kuliner kita, termasuk tumpeng, bisa menjadi tradisi yang mendunia,” ujar Fadli Zon dalam keterangannya.
Fadli Zon menekankan bahwa kuliner Indonesia adalah produk budaya dan warisan tak benda
yang tidak boleh dipandang hanya sebagai konsumsi, tetapi juga jembatan antarbudaya dan
kekuatan ekonomi kreatif.
Hingga 2024, terdapat 2.213 Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTBI), di antaranya 231 jenis kuliner tradisional. Namun, jumlah ini masih jauh dari cukup untuk mewakili keragaman kuliner Nusantara. Beberapa bahkan sudah terancam punah, seperti Itak Poul-Poul dari Sumatera Utara dan Penyurong dari Bangka Belitung.
“Kuliner adalah diplomasi budaya yang sangat efektif. Banyak masyarakat internasional
mengenal Indonesia dari makanannya. Contohnya, yaitu Rendang yang pernah dinobatkan
sebagai makanan terenak di dunia versi CNN Travel. Ada lagi sate, nasi goreng, hingga soto
adalah kekayaan kuliner kita. Tapi sayangnya, kuliner Indonesia belum dipromosikan secara
proporsional,” ungkapnya.
Baca juga: Puncak Tumpeng Tidak Boleh Dipotong, Kenapa?
“Untuk itu, kami di Kementerian Kebudayaan selalu berkomitmen untuk mendukung pelestarian dan pengembangan kuliner Nusantara, baik melalui edukasi, promosi, hingga pengakuan secara hukum seperti penetapan Warisan Budaya Takbenda,” tambah Fadli Zon.
Fadli juga mengingatkan pentingnya percepatan promosi kuliner Indonesia di luar negeri. Ia mencontohkan negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam yang restorannya hadir hampir
di seluruh dunia.
Sementara itu, restoran Indonesia masih terbatas, meski kini mulai berkembang pesat di beberapa negara, salah satunya di Turki yang dalam lima tahun meningkat dari hanya tiga menjadi sekitar tiga puluh restoran di Istanbul.
“Kita jangan sampai kalah dengan negara tetangga. Kuliner Indonesia adalah salah satu produk dan ekspresi budaya kita. Wajib kita perkenalkan kepada dunia. Mungkin kedepan kita bisa bersinergi antara Kementerian Kebudayaan dengan IGC, APJI, dan KBRI atau KJRI dalam
mendata jumlah restoran Indonesia di berbagai negara, karena itu bisa menjadi Hub kita,” tegas Fadli.
Festival Tumpeng Indonesia merupakan festival berbasis kuliner yang diselenggarakan oleh IGC berkolaborasi dengan APJI dan Hotel Borobudur Indonesia dengan fokus pada hidangan
tumpeng.
Baca juga: Resep Nasi Tumpeng Sederhana, Apa Saja Isian Lauknya?
Festival ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Hotel
Borobudur dalam memperingati HUT RI ke-80 dengan tajuk “Discovery Nusantara”.
Festival Tumpeng Indonesia 2025 sendiri mengambil tema “Menghidupkan Tradisi, Menyatukan Generasi” yang diharapkan dapat menjadi wadah dalam menjadikan tumpeng sebagai warisan kuliner lintas generasi dan simbol identitas bangsa.
Lebih dari itu, tumpeng diharapkan dapat menjadi kuliner yang memberikan nilai tambah ekonomi bagi industri boga Tanah Air serta tak kalah penting, dapat menjadi alat diplomasi budaya bangsa di mancanegara.
Hadir dalam festival tersebut, antara lain Ketua DPP APJI, Tashya Megananda Yukki; Ketua
Umum IGC, Ria Musiawan; Wakil Sekretaris Jenderal IGC, Dewi Susan; General Manager Hotel
Borobudur, Anggie Ayuningtyas; Ketua Yayasan Lembaga Bina Pendidikan Pariwisata,
Parlagutan Silitonga; para ahli Gastronomi Indonesia; serta para seniman dan budayawan.
Menutup sambutannya, Fadli berharap melalui festival ini dapat menjadi salah satu upaya
dalam pemajuan kebudayaan dan membawa tumpeng semakin dikenal oleh dunia.