Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Misteri Megakota Kuno di Amerika Serikat yang Dulu Jadi Pusat Budaya

JACKSON, KOMPAS.com – Ribuan tahun sebelum gedung pencakar langit menjulang di kota-kota besar Amerika Serikat, sebuah peradaban megakota telah lebih dulu berdiri megah di dataran rendah Mississippi.

Kota itu bernama Cahokia, sebuah pemukiman kuno yang pada masa kejayaannya menjadi pusat budaya dan spiritual dengan pesta-pesta meriah yang berlangsung berhari-hari.

Lantas, seperti apa misteri megakota kuno di Amerika Serikat (AS) tersebut?

Dikutip dari BBC, Cahokia, yang terletak di dekat St Louis, Missouri, dikenal sebagai kota pra-Columbus terbesar di utara Meksiko. Pada puncaknya sekitar tahun 1050 Masehi, kota ini diperkirakan dihuni hingga 30.000 jiwa, lebih besar daripada Paris pada masa yang sama.

Yang membuat Cahokia unik bukan hanya ukurannya, tetapi juga prinsip yang membentuknya. Tak seperti kota-kota kuno lain yang berkembang karena perdagangan, Cahokia justru dibangun atas dasar budaya dan spiritualitas.

“Cahokia sebenarnya adalah pusat budaya, bukan pusat perdagangan. Itu masih membingungkan saya. Saya terus bertanya-tanya, di mana mereka berdagang? Siapa yang menghasilkan uang?” ujar Annalee Newitz, penulis buku Four Lost Cities: A Secret History of the Urban Age.

“Jawabannya adalah mereka tidak berdagang. Itu bukan alasan mereka membangun tempat itu,” imbuh dia.

Simbol spiritual di antara darat dan air

Arkeolog Timothy Pauketat, yang telah meneliti Cahokia selama beberapa dekade, menyebut kota ini sebagai persimpangan antara dunia orang hidup dan orang mati.

Lanskapnya terdiri dari daratan padat dan lahan basah, dengan jalan lintas yang ditinggikan menghubungkan “lingkungan” yang didiami warga dengan area pemakaman.

“Kota ini dibangun untuk membentang di antara air dan daratan,” kata Pauketat.

Penduduk tinggal di area kering, sementara gundukan makam dibangun di lahan basah, menciptakan zona transisi yang sarat makna spiritual.

Grand Plaza: Pusat Kemeriahan Cahokia

Daya tarik utama Cahokia terletak pada ruang-ruang publik yang monumental. Salah satunya adalah Grand Plaza seluas 50 hektar, tempat ribuan orang berkumpul untuk berpesta, berdoa, dan merayakan kehidupan secara kolektif.

“Sulit untuk menangkap intensitas, kemegahan, dan multidimensi dari acara seperti itu,” ungkap Pauketat.

Makanan dan minuman dibawa ke kota, para juru masak menyiapkan hidangan dari daging buruan, buah-buahan, dan sayuran. Pengunjung tidur di rumah sementara, kemudian menari dan bertaruh dalam berbagai permainan.

Salah satu permainan yang populer adalah chunkey. Dalam permainan ini, cakram batu dilempar dan para atlet berusaha menancapkan tombaknya sedekat mungkin ke cakram tersebut.

“Seperti permainan bocce yang dimainkan dengan proyektil mematikan,” ujar Newitz.

Ritual dan estetika yang mewarnai perayaan

Beragam simbol budaya memperindah pesta-pesta Cahokia. Tiang-tiang tinggi berdiri megah di plaza, yang kemungkinan digunakan untuk pertunjukan atau ritual spiritual.

Kostum warna merah, putih, dan hitam menjadi favorit. Warga berdandan dengan mohawk, sanggul, dan bulu. Tato menghiasi wajah dan tubuh.

Sementara itu, bukti arkeologis menunjukkan konsumsi minuman berkafein dari daun yaupon atau tanaman asli Amerika Utara yang hanya tumbuh ratusan mil jauhnya dari Cahokia. Minuman ini diyakini memiliki nilai spiritual tinggi dan menjadi bagian dari ritual kolektif.

“Sebagian dari nilainya terletak pada kesulitan untuk mendapatkannya,” kata antropolog Patricia Crown.

“Anda harus memiliki jaringan untuk bisa mendapatkan substansi jika itu penting bagi sistem keagamaan Anda,” tuturnya.

Cahokia hari ini: warisan yang hidup kembali

Kini, Cahokia dikenal sebagai Situs Sejarah Negara Bagian Cahokia Mounds, sebuah situs warisan dunia UNESCO yang melindungi 70 gundukan asli dan memamerkan rekonstruksi kehidupan masa lalu.

Jalur sepanjang 10 kilometer membawa pengunjung menelusuri padang rumput dan lahan basah, lengkap dengan panduan audio dan pusat interpretasi yang menghadirkan kerajinan batu dan tembikar khas Cahokia.

Namun, seperti peradaban lain, Cahokia mengalami kemunduran. Sekitar tahun 1400, kota ini ditinggalkan. Para ahli meyakini kepergian ini disebabkan oleh gabungan faktor lingkungan dan sosial seperti perubahan iklim, kekerasan, dan banjir.

Meski ditinggalkan, jejak Cahokia tidak sepenuhnya hilang. Yaupon kini menjadi teh lokal yang kembali populer, sementara chunkey dimainkan kembali oleh komunitas Pribumi Amerika sebagai warisan budaya.

Lebih dari itu, semangat berpesta sambil menikmati makanan dan olahraga masih terasa akrab di seluruh pelosok Amerika.

“Kami berpesta seperti itu di seluruh Amerika Serikat,” kata Newitz.

“Itu sangat sesuai dengan sejarah Amerika,” tegas dia.

https://www.kompas.com/global/read/2025/05/25/180339870/misteri-megakota-kuno-di-amerika-serikat-yang-dulu-jadi-pusat-budaya

Bagikan artikel ini melalui
Oke