Ketegangan yang telah berlangsung selama puluhan tahun itu kembali memanas dan memakan korban jiwa.
“Kami sangat prihatin dengan perkembangan terkini dan berharap kedua pihak dapat menyelesaikan masalah melalui dialog dan konsultasi,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers yang dikutip kantor berita AFP.
Menurut Guo, menjaga hubungan baik sebagai negara bertetangga serta menangani perbedaan secara tepat merupakan kepentingan jangka panjang dan mendasar bagi kedua negara.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali meningkat di wilayah sengketa yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud.
Wilayah ini berada di pertemuan perbatasan tiga negara, yakni Thailand, Kamboja, dan Laos, serta menjadi lokasi sejumlah kuil kuno yang bernilai historis.
Sengketa perbatasan tersebut sudah berlangsung selama puluhan tahun. Konflik bahkan sempat berubah menjadi bentrokan militer berdarah lebih dari 15 tahun lalu, dan kembali pecah pada Mei 2025, ketika seorang tentara Kamboja tewas dalam baku tembak.
Sebagai balasan, militer Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk melakukan serangan udara.
Sedikitnya satu warga sipil dilaporkan tewas dan tiga lainnya mengalami luka-luka.
Meskipun Kamboja dikenal sebagai sekutu dekat China dan menerima investasi bernilai miliaran dollar AS dari negara itu, Beijing menegaskan akan bersikap netral dalam konflik ini.
“China akan mengambil posisi yang adil dan tidak memihak,” ujar Guo.
Ia menambahkan, “Beijing telah dan akan terus melakukan yang terbaik dengan caranya sendiri untuk mendorong perdamaian dan dialog, serta memainkan peran konstruktif dalam meredakan situasi.”
https://www.kompas.com/global/read/2025/07/24/151815270/thailand-kamboja-tempur-china-ikut-prihatin