Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Sebut China Ingin Hubungan yang Stabil dalam Jangka Pendek, Ini Sebabnya

Kompas.com - 09/12/2022, 08:18 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - China menginginkan hubungan yang stabil dengan Amerika Serikat (AS) dalam jangka pendek setelah menghadapi tantangan ekonomi dalam negeri dan tentangan di Asia terhadap diplomasinya yang asertif.

Hal itu dikatakan oleh Koordinator Gedung Putih untuk urusan Indo-Pasifik, Kurt Campbell pada Kamis (8/12/2022).

Rasa frustrasi terhadap protokol Covid-19 China yang ketat memuncak dan berubah menjadi gelombang unjuk rasa akhir bulan lalu.

Baca juga: Arab Saudi Disebut Borong Senjata Buatan China, Tanda Kerenggangan Hubungan dengan AS?

Protes tersebut bsia jadi menjadi bentuk unjuk rasa publik terbesar yang pernah terjadi sejak Presiden Xi Jinping mulai memerintah pada 2012.

Aturan itu berkontribusi pada perlambatan ekonomi, namun pelonggaran aturan juga menciptakan kekhawatiran baru akan perebakan virus yang bisa terjadi di luar kendali.

Campbell mengatakan, masalah-masalah itu, ditambah fakta bahwa China bersikap memusuhi banyak negara tetangganya, berarti China tertarik menjalin hubungan yang lebih dapat diprediksi dengan Washington dalam “jangka pendek”.

“Mereka telah menantang banyak negara lain secara bersamaan,” kata Campbell pada Forum Keamanan Aspen di Washington, sambil menyinggung sengketa China dengan Jepang dan India.

Baca juga: Logo Anti-lockdown China Dipasarkan Disney, Tunjukkan Beruang Pooh Cemberut dengan Kertas Kosong

“Saya rasa mereka sadar bahwa hal itu menjadi bumerang di berbagai aspek,” ucap dia, sebagaimana dikutip dari Reuters.

“Semua itu meyakinkan saya bahwa China tidak menginginkan hubungan yang bermusuhan secara terbuka dengan AS. Mereka menginginkan perdiktabilitas dan stabilitas, dan kami juga menginginkan hal yang sama,” kata Campbell.

Pernyataan Campbell disampaikan setelah kedua pemimpin negara bertemu bulan lalu di Bali dan dua hari setelah Washington mengumumkan rencana untuk meningkatkan kehadiran militernya secara bergiliran di wilayah-wilayah sekutu utama, Australia, di tengah kekhawatiran bersama mengenai China.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau