WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan penyelidikan resmi terhadap dugaan adanya konspirasi untuk menutupi penurunan kondisi kesehatan mental mantan Presiden Joe Biden selama menjabat di Gedung Putih.
Trump menuding bahwa Biden, dalam masa jabatannya, dikendalikan oleh seseorang melalui autopen.
Dikutip dari CBS News, autopen merupakan perangkat yang bisa meniru tanda tangan orang lain untuk mengesahkan dokumen-dokumen penting dalam jumlah besar.
Baca juga: Trump Bagikan Teori Konspirasi soal Biden, Sebut Eks Presiden AS Itu “Replika”
"Dalam beberapa bulan terakhir, makin jelas bahwa para pembantu Presiden Biden menyalahgunakan kekuasaan dengan menggunakan autopen untuk menutupi penurunan kognitifnya," bunyi memorandum presiden yang dirilis pada Rabu (4/6/2025).
Trump menambahkan bahwa konspirasi ini merupakan salah satu skandal paling berbahaya dalam sejarah Amerika.
"Publik sengaja dibuat tidak tahu siapa yang sebenarnya menjalankan kekuasaan eksekutif, sementara tanda tangan Biden dipakai untuk memberlakukan kebijakan besar," tulisnya.
Dalam dokumen resmi, Trump memerintahkan penasihat hukum Gedung Putih, Jaksa Agung, serta sejumlah pejabat tinggi lain untuk menyelidiki siapa yang memerintahkan penggunaan autopen, serta apakah ada pihak yang secara ilegal menjalankan kekuasaan presiden atas nama Biden.
Penyelidikan juga akan menyasar dokumen-dokumen kebijakan besar yang disahkan selama tahun-tahun terakhir kepemimpinan Biden, terutama yang menggunakan tanda tangan autopen.
Joe Biden langsung merespons tudingan ini. Dalam pernyataannya, pria berusia 82 tahun itu menyebut tuduhan Trump konyol dan salah.
"Biarkan saya tegaskan. Saya yang membuat semua keputusan selama menjabat, termasuk soal grasi, perintah eksekutif, legislasi, dan proklamasi," kata Biden seperti dikutip AFP.
"Ini tidak lebih dari gangguan politik yang dibuat Trump dan Partai Republik untuk mengalihkan perhatian dari kebijakan mereka yang merugikan rakyat,” imbuhnya.
Baca juga: FBI Selidiki Temuan Kokain di Gedung Putih Era Joe Biden
Isu kesehatan mental Biden sudah mencuat sejak masa kampanye Pilpres 2024 lalu.
Dalam debat yang disiarkan luas ke publik, Biden beberapa kali terlihat kebingungan dan kehilangan alur pikir, yang semakin menguatkan spekulasi publik.
Sementara itu, buku baru karya dua jurnalis ternama, Jake Tapper dan Alex Thompson, memperkuat spekulasi dengan menyebutkan bahwa Biden bahkan sempat lupa nama-nama tokoh terkenal seperti aktor George Clooney.
Tekanan dari dalam Partai Demokrat pun meningkat, mendorong Biden untuk mundur dari pencalonan kembali.
Setelah sejumlah tokoh senior Demokrat meminta penggantian kandidat, Biden akhirnya mengalihkan dukungannya kepada Wakil Presiden Kamala Harris, yang kemudian kalah dari Trump dalam pemilu.
Isu ini juga semakin panas setelah muncul laporan bahwa Biden ternyata didiagnosis menderita kanker prostat agresif.
Beberapa pihak di kubu konservatif menuding bahwa informasi ini sebenarnya sudah lama diketahui oleh orang-orang terdekatnya, tetapi sengaja disembunyikan.
Baca juga: Biden Sakit Kanker Prostat Stadium 4, Kenapa Baru Terungkap Sekarang?
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini