Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Thailand-Kamboja: Penyebab, Jumlah Korban, dan Kondisi WNI di Perbatasan

Kompas.com - 25/07/2025, 06:46 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Penulis

BANGKOK, KOMPAS.com – Ketegangan berkepanjangan di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali meledak menjadi bentrokan bersenjata pada Kamis (18/7/2025).

Sedikitnya 12 orang tewas, puluhan lainnya luka-luka, dan ribuan warga sipil harus mengungsi ke tempat aman.

Konflik ini pecah di sekitar wilayah kuil kuno Prasat Ta Muen Thom, yang terletak di Provinsi Surin, Thailand, namun juga diklaim oleh Kamboja sebagai bagian dari warisan budaya mereka.

Baca juga: Mengapa Thailand-Kamboja Bertempur?

Kronologi bentrok terbaru Thailand-Kamboja

Dalam pertempuran tersebut, militer Thailand mengerahkan jet tempur F-16. Salah satu pesawat dikonfirmasi telah menembakkan rudal ke wilayah Kamboja dan menghancurkan sasaran militer.

"Kami telah menggunakan kekuatan udara terhadap target militer sebagaimana yang direncanakan," ujar Wakil Juru Bicara Militer Thailand, Richa Suksuwanon.

Namun, Thailand membantah menjadi pihak pertama yang menyerang. Mereka menyatakan bahwa militer Kamboja yang justru meluncurkan roket ke kawasan sipil di empat provinsi Thailand.

Di sisi lain, Kamboja juga membantah tuduhan tersebut. Mereka menuding bahwa prajurit Thailand menembak lebih dahulu di area kuil, sehingga mereka terpaksa membalas untuk membela diri.

Penyebab perang Thailand-Kamboja

Sumber utama konflik bersenjata ini adalah sengketa wilayah perbatasan yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Perselisihan terbaru dipicu oleh status kepemilikan kuil Prasat Ta Muen Thom, reruntuhan bersejarah dari era Kekaisaran Khmer yang terletak di wilayah Surin, Thailand.

Wilayah ini kerap menjadi titik panas karena kedekatan budaya dan sejarah antara kedua bangsa. Warga lokal banyak yang menggunakan Bahasa Khmer selain Thai, dan kedua negara mengklaim situs-situs kuno tersebut sebagai bagian dari identitas nasional mereka.

Permasalahan perbatasan ini diperumit oleh peta buatan kolonial Perancis tahun 1907 yang dijadikan acuan oleh Kamboja. Thailand menilai peta tersebut tidak akurat.

Situasi semakin tegang sejak Mei 2025, ketika bentrokan kecil antara pasukan kedua negara menewaskan satu tentara Kamboja.

Tensi politik dalam negeri pun ikut memperkeruh suasana. Pada awal Juli, Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra diskors oleh pengadilan setelah isi percakapannya dengan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, bocor ke publik.

Dalam rekaman tersebut, Paetongtarn terdengar terlalu akrab dan dinilai “merendahkan” militer Thailand, memicu gelombang protes nasionalis di Bangkok.

Baca juga: Thailand-Kamboja Tempur, China Ikut Prihatin

Korban jiwa dan pengungsian massal

Menurut Kementerian Kesehatan Thailand, sebanyak 11 warga sipil dan seorang tentara Thailand tewas akibat serangan roket dan baku tembak. Di antara korban sipil, terdapat seorang anak berusia lima tahun.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau