BEIJING, KOMPAS.com - Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China terus bergulir, mulai dari perang tarif impor dan adu mulut para pejabat.
Bahkan, kedua raksasa perekonomian dunia itu juga bersaing di berbagai bidang, seperti teknologi hingga eksplorasi luar angkasa.
Dikutip dari kantor berita AFP, berikut adalah enam sektor persaingan AS-China lainnya selain perdagangan.
Baca juga: Setelah Perang Dagang Mereda, China Justru Kenakan Tarif Antidumping untuk Plastik AS
Dengan luas wilayah masing-masing lebih dari 9 juta kilometer persegi, Amerika Serikat dan China menempati jajaran empat negara terbesar di dunia, bersama Rusia dan Kanada.
China merupakan negara terpadat kedua di dunia setelah India, dengan jumlah penduduk sekitar 1,4 miliar jiwa.
Angka ini empat kali lipat lebih banyak dibandingkan Amerika Serikat.
China berada di posisi kedua dengan PDB lebih dari 18 triliun dollar AS, (Rp 293,47 kuadriliun) menurut Dana Moneter Internasional (IMF).
China juga tercatat sebagai eksportir barang terbesar di dunia pada 2024, dengan nilai 3,6 triliun dollar AS (Rp 58,7 kuadriliun).
Sementara itu, Amerika Serikat menjadi importir terbesar, dengan total 3,4 triliun dollar AS (Rp 55,4 kuadriliun), berdasarkan data Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Defisit perdagangan barang AS terhadap China mencapai 355 miliar dollar AS pada 2024 (Rp 5,7 kuadriliun), menurut Konferensi PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD).
Sejak kembali ke Gedung Putih, Presiden Donald Trump sempat mengenakan tarif hingga 145 persen pada banyak impor dari China.
Sebagai balasan, Beijing menerapkan tarif 125 persen pada barang-barang asal AS.
Baca juga: Perang Dagang AS-China Mereda, Beijing Tangguhkan Sejumlah Pembatasan
AS berkomitmen memangkas emisi hingga separuh pada 2030 dibandingkan level 2005.
Namun, Trump yang skeptis terhadap isu perubahan iklim mengumumkan penarikan kembali negaranya dari Perjanjian Paris.
Sementara itu, China menargetkan puncak emisi CO? pada 2030 dan mencapai netralitas karbon pada 2060.
Di sisi lain, China memiliki BATX, singkatan dari Baidu (mesin pencari), Alibaba (e-commerce), Tencent (gim video dan media sosial), serta Xiaomi (produsen ponsel pintar).
Persaingan makin panas dengan kemunculan teknologi kecerdasan buatan (AI). Sejak peluncuran ChatGPT pada 2022, AI generatif berkembang pesat di kedua negara.
Startup China, DeepSeek, yang berdiri pada 2023, mengguncang industri AI pada Januari lalu lewat chatbot R1 yang mampu menyaingi produk Barat dengan biaya jauh lebih rendah.
Kedua negara juga berseteru soal TikTok. Aplikasi video populer ini memiliki lebih dari 170 juta pengguna di AS.
Undang-undang yang disahkan pada 2024 mengharuskan TikTok memisahkan diri dari ByteDance, perusahaan induk asal China, atau terancam dilarang beroperasi di AS.
Larangan berlaku sejak Januari, tetapi Trump menundanya hingga 19 Juni untuk memberi waktu mencari pembeli. Pemerintah AS menyebut larangan ini dilandasi alasan keamanan nasional.
Baca juga: Perang Dagang AS dan China Mereda Usai Sepakati Tarif Baru, Siapa Pemenangnya?
Jumlah ini tiga kali lipat dari China yang mengeluarkan 296 miliar dollar AS (Rp 4,8 kuadriliun), menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).
AS dan Rusia menguasai hampir 90 persen persenjataan nuklir dunia, masing-masing memiliki lebih dari 5.000 hulu ledak nuklir pada awal 2024.
Jumlah itu termasuk yang sudah ditarik dan menunggu pembongkaran. China memiliki sekitar sepuluh kali lebih sedikit.
China mengirim taikonaut pertamanya ke luar angkasa pada 2003 dan terus meningkatkan investasinya dalam program luar angkasa.
Pada 2019, wahana Chang’e-4 menjadi yang pertama mendarat di sisi terjauh Bulan. Dua tahun kemudian, mereka berhasil mendaratkan robot kecil di Mars.
"Negeri Tirai Bambu" ini menargetkan misi berawak ke Bulan pada 2030 dan berencana membangun pangkalan di sana.
Di sisi lain, program Artemis milik NASA menargetkan pendaratan kembali astronot di Bulan pada 2027, sebelum melanjutkan misi ke Mars.
Untuk menekan biaya, NASA bekerja sama dengan perusahaan swasta dalam pengiriman material dan teknologi ke Bulan.
Baca juga: China Sebar Pesona di Asia Tenggara saat Perang Dagang, Bagaimana Posisi Indonesia?
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini