WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Krisis baru kini melanda Boeing, perusahaan penerbangan raksasa asal Amerika Serikat (AS), setelah dampak dari perang dagang antara AS dan China. Krisis ini dipicu oleh kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Pada awalnya, Pemerintah AS mengenakan tarif impor baru sebesar 145 persen untuk sejumlah produk asal China, yang memicu respons serupa dari Beijing.
China mengenakan tarif balasan sebesar 125 persen, lebih dari dua kali lipat biaya pesawat dan komponen yang diproduksi di AS.
Baca juga: Nissan Pangkas Produksi Rogue yang Laris di AS Imbas Tarif Trump
Pada Selasa (15/4/2025), Trump menuduh China melanggar kesepakatan besar dengan Boeing.
Tuduhan ini muncul setelah laporan Bloomberg menyebutkan bahwa Beijing memerintahkan maskapai penerbangan China untuk menghentikan pengiriman jet Boeing.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa China meminta maskapai-maskapai untuk menghentikan pembelian suku cadang dan peralatan terkait pesawat dari Boeing.
Meski demikian, hingga Rabu (16/4/2025) Boeing memilih untuk tidak memberikan komentar terkait masalah ini, seperti dilansir dari kantor berita AFP.
Krisis perdagangan ini juga berdampak pada pengiriman pesawat. Bloomberg melaporkan bahwa Juneyao Airlines, salah satu maskapai penerbangan China, menunda pengiriman pesawat berbadan lebar Boeing akibat peningkatan biaya pesawat dan komponen lainnya.
Pada akhir Maret, Boeing mencatatkan 130 pesawat dalam buku pesanan dari pelanggan China, yang meliputi maskapai penerbangan dan perusahaan leasing.
Meski demikian, beberapa pelanggan memilih untuk tetap anonim, yang berarti jumlah pesanan sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.
Analis dari Bank of America (BofA) mencatat bahwa Boeing diperkirakan akan mengirimkan 29 pesawat ke perusahaan China yang teridentifikasi pada tahun ini.
BofA juga mengingatkan bahwa meskipun langkah ini diambil China, Pemerintah AS tidak bisa mengabaikan Boeing sebagai eksportir terbesar AS.
"Kami tidak terkejut dengan langkah China, tetapi kami melihat ini tidak berkelanjutan," ungkap BofA dalam laporannya.
Baca juga: Tanggapi Tarif Trump, Korea Selatan Tambah Dana untuk Industri Chip
Pesaing utama Boeing, Airbus, tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar China sebagai pemasok tunggal karena keterbatasan kapasitas produksinya.
Selain itu, Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC), yang tengah mengembangkan pesawat untuk bersaing dengan Boeing 737 dan Airbus A320, juga sangat bergantung pada komponen dari AS.