TEL AVIV, KOMPAS.com – Ribuan warga Israel kembali turun ke jalan memprotes perang di Gaza, Minggu (17/8/2025). Demo Israel tersebut berlangsung di Tel Aviv, tepatnya di alun-alun yang kini dijuluki warga sebagai Lapangan Penyanderaan.
Suasana aksi dipenuhi suara drum, teriakan slogan, dan ejekan yang ditujukan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu beserta jajaran pemerintahan sayap kanannya.
Sejumlah demonstran membawa foto kerabat yang masih disandera di Gaza. Sebagian lainnya melampiaskan kekecewaan atas rencana Israel melancarkan serangan baru ke wilayah terpadat di kantong tersebut.
Baca juga: Ribuan Warga Israel Demo di Tel Aviv, Minta Netanyahu Setop Perang di Gaza
Banyak warga khawatir operasi militer hanya akan memperburuk kondisi sandera, yang diperkirakan masih berjumlah 20 hingga 50 orang dalam keadaan hidup.
Salah satu yang hadir di lapangan adalah Ruby Chen, ayah dari Itay Chen, tentara Israel-Amerika yang tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Hingga kini, jenazahnya masih berada di Gaza.
“Kitab Suci Yahudi berbicara tentang kehidupan Yahudi. Hidup lebih penting daripada balas dendam, dan itulah yang kami minta agar diingat oleh pemerintah ini,” ujar Chen kepada NBC News.
Demo besar-besaran guncang Tel Aviv merupakan bagian dari puluhan aksi yang digelar serentak di seluruh Israel, termasuk di depan rumah politisi, markas militer, hingga jalan raya utama.
Para demonstran bahkan membakar api unggun dan memblokir jalan. Polisi menyatakan telah menangkap 38 orang.
Restoran dan teater di sejumlah kota juga menutup usaha mereka sebagai bentuk solidaritas. Menurut Forum Sandera dan Keluarga Hilang, hampir 1 juta orang ambil bagian dalam demonstrasi di berbagai wilayah.
Di Lapangan Penyanderaan, suasana sempat hening ketika mantan sandera dan keluarga korban naik ke panggung utama untuk menyampaikan tuntutan pembebasan sandera. Dari total sekitar 250 orang yang disandera pada 7 Oktober, sebagian besar masih belum kembali.
Banyak poster dan video dalam aksi itu ditujukan kepada Presiden Donald Trump. Mereka memohon agar Trump menekan Netanyahu untuk menyelesaikan kesepakatan dengan Hamas.
Baca juga: 2 Rudal Houthi Ditembakkan ke Israel Setelah Serangan Udara Tel Aviv ke Yaman
Meski aksi kali ini disebut yang terbesar dan paling sengit dalam 22 bulan perang, pemerintah Israel tetap menolak menyerah. Netanyahu menegaskan perang akan berlanjut hingga Hamas benar-benar hancur.
“Mereka yang hari ini menyerukan diakhirinya perang tanpa mengalahkan Hamas tidak hanya memperkeras posisi Hamas dan menunda pembebasan sandera kami, mereka juga memastikan bahwa kengerian 7 Oktober akan terulang,” kata Netanyahu dalam rapat Kabinet.
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich bahkan menyebut demonstrasi sebagai kampanye beracun dan berbahaya. Menurutnya, aksi itu hanya menguntungkan Hamas dan melemahkan Israel.
Dukungan juga datang dari Trump. Melalui unggahan di Truth Social, Senin (18/8/2025), ia menulis: “Kita hanya akan melihat kembalinya para sandera yang tersisa ketika Hamas dikonfrontasi dan dihancurkan. Bermain untuk menang, atau tidak bermain sama sekali!”