Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Frustasi Nasib Sandera di Gaza, Ribuan Warga Israel Demo Tuntut Akhiri Perang

Kompas.com - 18/08/2025, 14:28 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AP News

YERUSALEM, KOMPAS.com - Warga Israel, yang frustrasi dengan keselamatan para sandera dan eskalasi perang di Gaza, menggelar unjuk rasa terbesar dalam 22 bulan terakhir pada Minggu (17/8/2025).

Dilansir dari AP News pada Senin (18/8/2025), para penyelenggara, yang mewakili keluarga sandera, menegaskan bahwa ratusan ribu orang ikut serta turun ke jalanan.

Rencana ofensif militer di beberapa wilayah di Gaza yang paling padat penduduk memicu frustrasi warga Israel.

Baca juga: Warga Israel Kembali Gelar Aksi, Desak Perang Gaza Diakhiri dan Sandera Dibebaskan

Banyak warga Israel khawatir hal itu dapat lebih membahayakan sandera yang tersisa. Dari 50 sandera yang masih ada di Gaza, 20 di antaranya diyakini masih hidup.

“Kami hidup di antara organisasi yang menahan anak-anak kami dan pemerintah yang menolak membebaskan mereka karena alasan politik,” kata Yehuda Cohen, yang anaknya Nimrod ditahan di Gaza.

Bahkan, beberapa mantan kepala intelijen dan militer Israel kini menyerukan kesepakatan untuk mengakhiri pertempuran.

Para demonstran berkumpul di puluhan lokasi termasuk di depan rumah politikus, markas militer, dan jalan raya utama.

Mereka memblokade jalur dan menyalakan api unggun. Beberapa restoran dan teater ditutup sebagai solidaritas.

Polisi mengatakan, mereka menangkap 38 orang.

Seorang pengunjuk rasa membawa foto seorang anak Palestina yang kurus dari Gaza.

Gambar seperti ini dulu jarang muncul di demonstrasi Israel, tetapi kini lebih sering terlihat seiring kemarahan meningkat atas kondisi di wilayah itu setelah lebih dari 250 kematian terkait malanutrisi.

Warga Palestina saat mengantre bantuan makanan sup lentil di pusat distribusi Kota Gaza, 2 Agustus 2025. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa bencana kelaparan Gaza mencapai tingkat yang berbahaya.AFP/OMAR AL-QATTAA Warga Palestina saat mengantre bantuan makanan sup lentil di pusat distribusi Kota Gaza, 2 Agustus 2025. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa bencana kelaparan Gaza mencapai tingkat yang berbahaya.

Baca juga: Israel Serang Pembangkit Listrik Houthi di Yaman

Netanyahu menentang unjuk rasa warganya

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menginginkan peningkatan operasi militer di Gaza, menghadapi tekanan yang saling bertentangan, termasuk kemungkinan pemberontakan dari koalisinya.

“Mereka yang hari ini menyerukan akhir perang tanpa mengalahkan Hamas bukan hanya memperkuat posisi Hamas dan menunda pembebasan sandera kami, tetapi juga memastikan kengerian 7 Oktober akan terulang,” kata Netanyahu.

Peristiwa itu merujuk pada serangan Hamas pada 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan memicu perang Israel hari ini di Gaza.

Terakhir kali Israel menyetujui gencatan senjata yang membebaskan beberapa sandera awal tahun ini, anggota kabinet sayap kanan mengancam akan menjatuhkan pemerintahan Netanyahu.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau