SANAA, KOMPAS.com - Kelompok bersenjata Houthi di Yaman pada Senin (1/9/2025) mengeklaim telah menembakkan rudal ke sebuah kapal tanker di Laut Merah.
Serangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah perdana menteri mereka tewas dalam serangan Israel.
Houthi, yang mendapat dukungan dari Iran, menyebut target mereka adalah kapal Scarlet Ray berbendera Liberia. Kelompok tersebut mengeklaim serangan langsung ke kapal yang dimiliki Israel.
Baca juga: Houthi Sebut Serangan Israel di Yaman Tewaskan 10 Orang dan Lukai 92 Lainnya
Namun, Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) menyatakan serangan tersebut meleset.
“Awak kapal melihat percikan di dekat kapal dari proyektil yang tidak diketahui dan mendengar ledakan keras. Semua awak selamat dan kapal melanjutkan pelayarannya,” demikian keterangan UKMTO, dikutip dari AFP.
Sebelumnya pada Juli lalu, Houthi menenggelamkan dua kapal tanker di wilayah yang sama.
Ketegangan meningkat setelah Houthi mengumumkan pada Sabtu (30/8/2025) bahwa perdana menteri mereka, Ahmed Ghaleb Nasser Al Rahawi, tewas dalam serangan udara Israel. Beberapa pejabat lain juga dilaporkan meninggal dalam serangan itu.
Sehari kemudian, Houthi menggerebek markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan menahan sedikitnya 11 pekerja.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat.
“Sejak 2021 dan 2023, Houthi telah menahan 23 personel PBB,” kata utusan PBB untuk Yaman, Hans Grundberg.
Houthi berdalih penahanan yang mereka lakukan pada Juni 2024 merupakan upaya membongkar jaringan mata-mata Amerika Serikat dan Israel yang disebut beroperasi dengan kedok organisasi kemanusiaan.
Baca juga: Houthi Yaman Klaim Luncurkan Rudal Balistik ke Israel
Meski demikian, tuduhan ini dibantah tegas oleh PBB.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini