Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Media Asing soal Penjarahan Rumah Sri Mulyani dan Ahmad Sahroni

Kompas.com - 01/09/2025, 19:16 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gelombang protes di Indonesia yang berujung pada penjarahan rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Ahmad Sahroni menjadi sorotan media internasional.

Aksi massa sejak Senin (25/8/2025), yang bermula dari penolakan tunjangan rumah anggota DPR, kini dipandang sebagai krisis politik terbesar di era pemerintahan Prabowo Subianto.

Tiga media asing—AFP, Financial Times, dan The New York Times—memberitakan peristiwa ini sebagai bagian dari rangkaian unjuk rasa yang meluas ke berbagai kota di Indonesia.

Baca juga: Kata Media Asing soal Demo Indonesia, Puncak Kekecewaan Politik dan Ekonomi

Penjarahan saat aksi demo di Indonesia

Laporan AFP berjudul Indonesian finance minister's home looted as protest anger grows menyebutkan, rumah Sri Mulyani di Tangerang Selatan dijarah massa dalam dua gelombang pada Minggu (31/8/2025) dini hari.

Seorang tetangga, Damianus Rudolf, mengatakan, “Kelompok (penjarah) pertama membawa puluhan motor, masing-masing ditumpangi dua sampai tiga orang. Kemudian, kelompok kedua, jumlahnya sekitar 150 orang.”

Barang-barang yang dibawa antara lain televisi, sistem audio, hingga peralatan rumah tangga. Sri Mulyani sendiri tidak berada di rumah saat peristiwa terjadi.

Rumah-rumah anggota DPR juga ikut jadi sasaran. AFP melaporkan, rumah Ahmad Sahroni dirusak massa pada Sabtu malam, dengan sebuah mobil yang ikut hancur.

Media Inggris Financial Times melalui artikelnya berjudul Indonesian finance minister’s home looted as unrest spreads mengungkapkan bahwa serangan ke rumah Sahroni dipicu oleh ucapannya yang menyebut para pengunjuk rasa “tolol” karena menuntut reformasi parlemen.

The New York Times dalam artikelnya “Indonesia’s Leader Says He Will Bow to Some Protester Demands After Riots” menambahkan, penjarahan rumah Sahroni berlangsung brutal.

Barang-barang mewah seperti tas, jam tangan, televisi, bahkan bathtub ikut digondol massa.

Media Amerika Serikat itu mengaitkan aksi tersebut dengan amarah publik akibat naiknya biaya hidup, pengangguran, dan kasus meninggalnya Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang dilindas oleh mobil rantis Brimob.

Baca juga: Sejarah Istilah ACAB dan 1312, Kini Ramai di Demo Indonesia

Tanggapan Presiden RI

Presiden Prabowo Subianto sampaikan duka cita atas tewasnya Affan Kurniawan. (Dok Sekretariat Kepresidenan)Setpres Presiden Prabowo Subianto sampaikan duka cita atas tewasnya Affan Kurniawan. (Dok Sekretariat Kepresidenan)

Di tengah meluasnya kerusuhan, Presiden Indonesia Prabowo Subianto angkat bicara.

Dalam konferensi pers yang dikutip Financial Times, ia menegaskan, “Kita tak bisa menutup mata bahwa ada gejala tindakan melawan hukum, bahkan mengarah pada makar dan terorisme."

Prabowo juga memerintahkan polisi dan tentara untuk mengambil tindakan tegas terhadap perusakan fasilitas umum maupun penjarahan rumah pejabat.

Namun, seperti ditulis The New York Times, Prabowo juga berusaha meredam kemarahan publik dengan mengumumkan bahwa DPR setuju memangkas sejumlah tunjangan, termasuk biaya perjalanan ke luar negeri.

“Kami mengakui aspirasi tulus masyarakat,” ujar Prabowo, meski tidak menyebut secara spesifik soal tunjangan perumahan.

Media asing menilai insiden penjarahan rumah Sri Mulyani dan Ahmad Sahroni menjadi simbol jurang antara rakyat dengan elite politik.

Dalam kacamata internasional, gelombang protes kali ini bukan sekadar soal tunjangan DPR, melainkan juga ekspresi kekecewaan atas kondisi ekonomi dan gaya hidup para pejabat.

Baca juga: Mahasiswa Malaysia Demo di Kedubes RI, Protes 400 Orang Ditahan Saat Aksi Depan DPR

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau