Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak CIA di Indonesia: Gulingkan Soekarno, Picu Genosida Politik

Kompas.com - 21/10/2025, 17:38 WIB
BBC INDONESIA,
Inas Rifqia Lainufar

Tim Redaksi

Kekuatan PKI turut memengaruhi kebijakan di tingkat nasional. Contohnya: reforma agraria. Dalam praktiknya, PKI menempuh apa yang disebut dengan "aksi sepihak" untuk "mengembalikan" kepemilikan tanah ke para petani.

Di luar reforma agraria, Soekarno mengusulkan pembentukan "Angkatan Kelima," berisikan rakyat biasa yang dipersenjatai.

Baik reforma agraria, atau aksi sepihak, dan Angkatan Kelima sama-sama membuat militer geram sebab menyenggol kepentingan-kepentingan yang selama ini mereka jaga.

Maka, dari situ, tentara dan Washington—pemerintah AS—bersekutu dalam rangka membangun kemitraan antikomunis, mengutip buku The Jakarta Method (2020) yang disusun Vincent Bevins.

Indikatornya terlihat, contohnya, melalui pengiriman tentara Indonesia untuk mempelajari taktik operasi, intelijen, dan logistik ke Amerika. Per 1962, berdasarkan The Jakarta Method, terdapat lebih dari 1.000 tentara yang menuju ke basis militer di AS, mayoritas di Fort Leavenworth, sehubungan kegiatan pelatihan.

Dinamika politik antara TNI, PKI, dan Soekarno berubah ketegangan serta memuncak pada September 1965 dengan pembunuhan enam perwira tinggi di tubuh militer, salah satunya Ahmad Yani, yang saat itu menjabat Panglima TNI Angkatan Darat (TNI AD).

Militer lalu bereaksi dengan menjadikan PKI sebagai dalang di balik pembunuhan para jenderal dan turut menuduh mereka hendak mengudeta pemerintahan Soekarno, menurut analisa John Roosa di Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'Etat in Indonesia (2006).

Perburuan orang-orang Kiri, serta yang terhubung ke PKI, dijalankan secara besar-besaran tidak lama setelahnya.

Di sinilah CIA—dan Amerika Serikat—punya kontribusi yang tidak sedikit.

Oktober 1965, mengutip The Jakarta Method, kantor CIA di Bangkok memasok persenjataan kepada kontak militernya di Jawa Tengah "untuk digunakan melawan PKI," bersamaan dengan persediaan medis yang bakal dikirim dari kantor yang sama.

Tidak cuma senjata dan obat-obatan, CIA memberikan elemen lain yang begitu penting: informasi.

"Anda tidak membutuhkan persenjataan yang sangat canggih untuk menangkap warga sipil yang hampir tidak memberikan perlawanan. Namun, bagi tentara [Indonesia], yang benar-benar dibutuhkan adalah informasi," papar Bevins.

Analis CIA membantu pihak Kedutaan Besar AS menyusun daftar yang memuat nama-nama yang termasuk anggota atau diduga PKI. Jumlahnya ribuan. Daftar ini diserahkan kepada tentara sehingga dapat dibunuh dan dicoret, terang Bevins.

Seorang pejabat Kedubes AS di Jakarta mengatakan bahwa daftar itu "benar-benar membantu tentara."

"Mungkin saya memiliki banyak darah di tangan saya. Tapi, itu bukan hal yang sepenuhnya buruk," tegasnya.

Ini kali ketiga sepanjang sejarah saat taktik "pembuatan daftar komunis" dirumuskan oleh intelijen AS dan pejabat kedutaan besar, sebut Bevins. Yang pertama di Guatemala (1954). Kedua di Iran (1963).

Skala kerusakan di Indonesia melampaui apa yang sudah terjadi di dua negara sebelumnya.

Distribusi daftar "orang komunis," jelas Saskia Wieringa dalam Propaganda and Genocide in Indonesia: Imagined Evil (2018), dibarengi dengan gencarnya militer memproduksi proganda buruk terhadap PKI; bahwa mereka menyiksa jenderal TNI secara sadis dan telah menyiapkan kuburan massal bagi orang-orang yang akan mereka bunuh.

Wakil Menteri Luar Negeri AS, George Ball, saat 1965 meletus, dilaporkan menghubungi Direktur CIA, Richard Helms, guna menanyakan apakah mereka "berada dalam posisi yang secara tegas dapat menyangkal keterlibatan operasi CIA di Indonesia."

Helms, seperti dituturkan di The Jakarta Method, membalas "ya."

Dalam sebuah kabel rahasia, CIA mengaku sudah mengetahui sosok Soeharto setidaknya sejak September 1964.

Di situ, CIA menyatakan Soeharto sebagai salah satu jenderal militer yang dianggap "bersahabat" dengan kepentingan AS dan antikomunis. Kabel tersebut juga mengajukan gagasan ihwal koalisi militer dan sipil antikomunis yang mampu merebut kekuasaan dari rezim sebelumnya.

Pembantaian 1965 adalah kemenangan besar untuk AS dan CIA yang kemudian diterapkan dengan akurasi yang kurang lebih serupa di operasi lain, seperti yang terjadi di Chile.

Di Chile, CIA memegang peran krusial dalam menurunkan kekuasaan Salvador Allende dari Partai Sosialis yang berhaluan Kiri. Jargon yang diusung Allende terangkum dalam "La via chilena al socialismo" atau sosialisme Chile.

Amerika tidak suka dengan Allende dan mulai mempreteli pemerintahannya. CIA membikin propaganda dan membiayai politikus Kanan untuk bertarung melawan Allende dalam pemilu.

Tak cukup, CIA bersekutu dengan militer dan memutuskan mengudeta Allende pada September 1973. Posisi Allende digantikan jenderal bernama Augusto Pinochet. Didukung Amerika, rezim Pinochet memberangus semua yang terhubung ke komunis. Ribuan orang hilang, dibunuh, dan dimasukkan penjara.

Operasi penyingkiran Allende dikenal dengan "Operation Jakarta," sebuah metafora dan kode yang dipercaya terinspirasi dari penggulingan Soekarno dan pembantaian massal terhadap kaum kiri pada 1965-1966, terang Peter Dale Scott dalam The United States and the Overthrow of Soekarno, 1965-1967 (1985).

Di Amerika Latin, ujar Bevins, nama "Jakarta" menemukan makna baru. Dia tak lagi dikenal sebatas "ibu kota Indonesia," tapi juga wajah bagaimana CIA—dan Amerika—menciptakan teror maupun kekerasan kepada kelompok Kiri.

"Penghancuran PKI, kejatuhan pendiri gerakan Dunia Ketiga [Third World Movement], serta kebangkitan kediktatoran militer antikomunis di Indonesia memicu tsunami politik di hampir setiap sudut dunia," tutur Bevins.

"Skala kemenangan gerakan antikomunis dan metode pemusnahan yang kejam di Indonesia lantas mengilhami pembasmian komunis yang sama di berbagai tempat. Itu menjadi bayang-bayang di balik ibu kota Jakarta."

Baca juga: CIA Blak-blakan Rekrut Warga China Jadi Mata-mata AS, Beijing Murka

Artikel ini telah dimuat di BBC Indonesia dengan judul Operasi CIA di Indonesia: Film porno, daftar perburuan komunis, hingga Metode Jakarta.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Halaman:

Terkini Lainnya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Global
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Global
Gencatan Senjata Dilanggar, Warga Palestina Tewas dan Hamas Serahkan 3 Jenazah
Gencatan Senjata Dilanggar, Warga Palestina Tewas dan Hamas Serahkan 3 Jenazah
Global
Tuduh Rusia dan China Diam-diam Uji Coba Nuklir, Trump Pengin AS Ikutan
Tuduh Rusia dan China Diam-diam Uji Coba Nuklir, Trump Pengin AS Ikutan
Global
Ketika Andrew Bukan Lagi Pangeran, Sirna Sudah Semua Kemewahan...
Ketika Andrew Bukan Lagi Pangeran, Sirna Sudah Semua Kemewahan...
Global
36.000 Warga Sudan Mengungsi Jalan Kaki 70 Km, El Fasher Diteror Kekejaman RSF
36.000 Warga Sudan Mengungsi Jalan Kaki 70 Km, El Fasher Diteror Kekejaman RSF
Global
Sebelumnya Mustahil, Padi Bisa Tumbuh di Inggris karena Perubahan Iklim
Sebelumnya Mustahil, Padi Bisa Tumbuh di Inggris karena Perubahan Iklim
Global
Perampok Museum Louvre Ternyata Penjahat Kelas Teri, Ada Sepasang Kekasih
Perampok Museum Louvre Ternyata Penjahat Kelas Teri, Ada Sepasang Kekasih
Global
Gempa Afghanistan Tewaskan 4 Orang, Puluhan Lainnya Terluka
Gempa Afghanistan Tewaskan 4 Orang, Puluhan Lainnya Terluka
Global
Australia-Turkiye Rebutan Tuan Rumah COP31, Albanese Sampai Surati Erdogan
Australia-Turkiye Rebutan Tuan Rumah COP31, Albanese Sampai Surati Erdogan
Global
Trump Tegaskan Belum Akan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina, Ini Alasannya
Trump Tegaskan Belum Akan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina, Ini Alasannya
Global
Ibu Negara Perancis Stres Sering Di-bully Mirip Pria, Hidupnya Tertekan
Ibu Negara Perancis Stres Sering Di-bully Mirip Pria, Hidupnya Tertekan
Global
Apa yang Terjadi di El-Fasher Sudan, Mengapa Ada Pembantaian di Negara Kaya Emas?
Apa yang Terjadi di El-Fasher Sudan, Mengapa Ada Pembantaian di Negara Kaya Emas?
Global
Israel Abaikan Gencatan Senjata, Akan Serang Hizbullah Besar-besaran
Israel Abaikan Gencatan Senjata, Akan Serang Hizbullah Besar-besaran
Global
Diusir dari Kediaman Megah ke Pengasingan, Pangeran Andrew Juga Tak Diterima Warlok
Diusir dari Kediaman Megah ke Pengasingan, Pangeran Andrew Juga Tak Diterima Warlok
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau