Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Kita Bisa “Teler” karena Menjilat Kodok? Ini Penjelasannya

Kompas.com - 20/10/2025, 21:31 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Urban legend yang menyebut seseorang bisa “teler” atau mengalami efek halusinasi setelah menjilat kodok ternyata tidak sepenuhnya salah. Namun, sebelum kamu tergoda untuk mencobanya, sebaiknya baca dulu fakta ilmiahnya — karena risikonya jauh lebih besar daripada efek “tinggi” yang dijanjikan.

Asal Mula Mitos “Menjilat Kodok”

Pada tahun 2022, U.S. National Park Service mengunggah foto kabur seekor kodok hasil tangkapan kamera malam. Di keterangan fotonya, mereka menulis peringatan lucu tapi serius:

“Seperti halnya dengan semua hal yang Anda temui di taman nasional — entah itu siput pisang, jamur aneh, atau kodok besar bermata menyala di tengah malam — mohon jangan dijilat.”

Unggahan itu menyinggung mitos lama bahwa menjilat kodok bisa membuat seseorang “fly”. Tapi benarkah kodok punya kandungan halusinogen?

Baca juga: Katak dan Kodok: Serupa Tapi Tak Sama, Ini Cara Mudah Membedakannya

Kodok Sungai Colorado: Kodok yang Mengandung Zat Psikedelik

Jawabannya: sebagian benar. Spesies kodok tertentu yang hidup di barat daya Amerika Serikat dan barat laut Meksiko — yakni kodok Sungai Colorado (Incilius alvarius), atau dikenal juga sebagai kodok Gurun Sonora — memang mengeluarkan zat kimia psikoaktif dari kelenjar racunnya.

Zat tersebut dikenal sebagai 5-MeO-DMT, senyawa psikedelik yang sangat kuat. Menurut David E. Nichols, profesor emeritus farmakologi dari Purdue University yang pertama kali membuat versi sintetisnya, “Ini salah satu psikedelik paling kuat yang pernah ada.”

Zat 5-MeO-DMT bekerja dengan cara menempel pada reseptor serotonin di otak. Efeknya berlangsung sekitar 15–30 menit dan bisa menimbulkan perasaan euforia, pengalaman seperti mendekati kematian, hilangnya kesadaran diri, hingga amnesia. Dalam beberapa kasus, pengguna melaporkan kehilangan total rasa identitas, bahkan lupa bahwa mereka baru saja mengonsumsi zat tersebut.

Baca juga: Kenapa Kodok Bersuara?

Menjilat Kodok Tidak Akan Membuatmu Tinggi — Tapi Bisa Berbahaya

Meski terdengar menakjubkan, kenyataannya menjilat kodok tidak akan membuat kamu “teler”. Zat 5-MeO-DMT tidak aktif jika dikonsumsi lewat mulut — jadi menjilat kulit kodok tidak akan memberikan efek apa pun kecuali keracunan serius.

“Menjilat kodok itu hal yang sangat berbahaya,” jelas Haley Dourron, peneliti pascadoktoral di Linköping University, Swedia. “Bahkan hewan peliharaan yang menjilat kodok ini pernah harus dirawat darurat.”

Selain 5-MeO-DMT, kodok Sungai Colorado juga menghasilkan cardiac glycosides, senyawa yang memengaruhi kontraksi otot jantung. Jika tertelan, zat ini dapat menyebabkan aritmia — gangguan irama jantung yang berpotensi mematikan.

Baca juga: Ciri-ciri Katak, Hewan yang Mirip Kodok

Dari Ritual Mistis hingga Ancaman terhadap Konservasi

Walau berbahaya, permintaan terhadap racun kodok Sungai Colorado meningkat. Pemburu liar kerap menangkap kodok ini untuk diambil sekresinya, lalu diolah menjadi bentuk asap yang mengandung 5-MeO-DMT untuk konsumsi rekreasional.

“Kodok-kodok ini secara sistematis diambil dari alam oleh pemburu liar,” kata Robert Villa, peneliti di University of Arizona. “Padahal populasi mereka sudah terancam oleh perubahan iklim, penyakit jamur, dan polusi.” Aktivitas ilegal ini memperparah risiko kepunahan spesies tersebut.

Baca juga: Invasi Kodok Beracun Ancam Kehidupan Predator di Madagaskar

Potensi Ilmiah dari 5-MeO-DMT Sintetis

Meski berbahaya dalam bentuk alami, versi sintetis 5-MeO-DMT kini menarik perhatian ilmuwan. Senyawa ini masih satu keluarga dengan DMT — bahan aktif dalam ritual ayahuasca — dan sedang diteliti karena potensi terapeutiknya.

Dourron menjelaskan bahwa sejauh ini sudah lebih dari 100 orang yang otaknya dipindai saat menggunakan LSD atau psilocybin, tetapi belum ada satu pun penelitian otak yang dipublikasikan untuk 5-MeO-DMT.

Menariknya, pengalaman pengguna 5-MeO-DMT berbeda dari psikedelik klasik. Alih-alih melihat pola atau warna, banyak yang melaporkan “white-out” — sensasi memasuki kehampaan total.

Beberapa peneliti menduga efek unik ini mungkin terkait dengan jalur saraf yang juga terganggu pada jenis kejang tertentu. Sementara itu, studi awal menunjukkan bahwa 5-MeO-DMT sintetis berpotensi sebagai antidepresan cepat kerja, dengan perbaikan gejala dalam satu hari dan bertahan hingga seminggu. Karena efeknya singkat, durasi terapi pun bisa lebih efisien dibanding psilocybin.

“5-MeO-DMT adalah zat yang sangat menarik,” ujar Dourron. “Namun kemungkinan besar ia bekerja dengan cara yang berbeda dari psikedelik lain. Hanya sains yang bisa menjawab bagaimana sebenarnya mekanismenya.”

Baca juga: Apa Perbedaan Katak dan Kodok?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau