KOMPAS.com - Hari Bastille yang diperingati setiap 14 Juli bukan sekadar momen sejarah bagi rakyat Perancis.
Lebih dari itu, peristiwa penyerbuan penjara Bastille pada 1789 menjadi simbol kebebasan, titik balik Revolusi Perancis, dan tonggak lahirnya nilai-nilai modern seperti hak asasi manusia, demokrasi, serta kesetaraan sosial.
Bastille dulunya merupakan penjara sekaligus benteng yang menjadi lambang kekuasaan absolut Raja Louis XVI.
Pada 14 Juli 1789, rakyat Paris menyerbu Bastille sebagai bentuk kemarahan terhadap ketidakadilan sosial dan krisis ekonomi yang melanda.
Sejak tahun 1880, tanggal 14 Juli resmi ditetapkan sebagai hari libur nasional di Perancis dan dirayakan dengan parade militer, pesta rakyat, hingga pertunjukan kembang api.
Perayaan Hari Bastille kini tak hanya bermakna nasional, tetapi juga menjadi ajang diplomasi militer dan budaya global.
Baca juga: Lahirnya Demokrasi Modern: Pengaruh Revolusi Amerika dan Perancis
Menjelang akhir abad ke-18, Perancis mengalami keterbelahan antara kelompok konservatif dan reformis. Ketegangan politik ini diperparah oleh krisis ekonomi berkepanjangan.
Menurut laman EBSC, pada pertengahan 1780-an, pemerintahan absolut Raja Louis XVI dibayangi kemarahan rakyat.
Kekeringan dan wabah penyakit membuat panen gandum gagal, harga roti melonjak, dan rakyat makin tertekan.
Sementara itu, dukungan Perancis terhadap Revolusi Amerika (1775–1783) menguras keuangan negara dan membuat Perancis terlilit utang besar.
Untuk mengatasi defisit, Raja Louis berusaha menaikkan pajak, terutama yang membebani kelas pekerja.
Pada tahun 1787, rakyat mulai menganggap revolusi sebagai jalan keluar untuk menyelamatkan negara. Mereka terinspirasi pemikiran Abad Pencerahan yang mengusung pemerintahan adil dan kebebasan sipil.
Situasi makin memanas ketika pada tahun 1789, Raja kembali menaikkan pajak. Hal ini memicu kemarahan besar, terutama di Paris.
Baca juga: Kolonialisme di Asia Tenggara: Persaingan Belanda, Inggris, dan Perancis
Pada 14 Juli 1789, massa rakyat menyerbu Hôtel des Invalides untuk memperoleh senjata, lalu bergerak ke penjara Bastille guna mengambil bubuk mesiu.
Pemicu langsung serangan ke Bastille adalah pemecatan Jacques Necker, menteri keuangan yang pro-rakyat. Kerumunan massa mendesak agar senjata dan mesiu di Bastille diserahkan. Mediasi gagal, baku tembak pecah, dan benteng akhirnya direbut pada pukul 17.30.