Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Ungkap Penyebab Rotasi Bumi Berubah dalam 2 Dekade Terakhir

Kompas.com - 22/04/2025, 18:15 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan akhirnya menemukan penyebab mengapa rotasi Bumi berubah selama dua dekade terakhir.

Sebuah studi baru yang diterbitkan di Science mengungkapkan bahwa ada pergeseran dramatis pada poros Bumi sejak awal tahun 2000-an, sekitar 45 sentimeter (cm).

Menurut studi, pergeseran ini tidak disebabkan oleh perubahan pada inti Bumi, hilangnya es, atau rebound glasial, tetapi karena hilangnya kelembapan tanah secara masif, dikutip dari Science Focus, Minggu (20/4/2025)

Hanya dalam waktu tiga tahun, dari 2000-2002, dunia kehilangan lebih dari 1.600 gigaton air dari tanahnya, lebih banyak daripada massa es Greenland yang hilang dalam waktu yang lebih lama.

Begitu air tersebut mengalir ke lautan, air itu meninggalkan jejak pada keseimbangan planet yang sangat berbeda, sehingga menyenggol putaran Bumi.

“Ada periode beberapa tahun di awal 2000-an, di mana tampaknya ada kehilangan air yang besar dari benua-benua seperti yang diperkirakan oleh model iklim tertentu,” kata salah satu penulis penelitian, Prof Clark Wilson.

Baca juga: NASA Sebut Bendungan Tiga Ngarai China Mengubah Rotasi Bumi, Apa Dampaknya?


Hilangnya air dalam jumlah besar adalah penyebabnya

Tim peneliti yang dipimpin oleh Ki Weon Seo dari Seoul National University di Korea Selatan menggunakan kombinasi data radar satelit untuk melacak kenaikan permukaan air laut.

Selain itu, peneliti juga menggunakan model kelembapan tanah untuk merekonstruksi apa yang terjadi pada cadangan air di Bumi pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21.

Mereka menemukan, antara 2000 dan 2002, Bumi mengalami penurunan kelembapan tanah secara tiba-tiba dan tajam, setara dengan kenaikan 1,95 mm pada permukaan air laut rata-rata global setiap tahunnya.

Namun, pengeringan tidak berhenti sampai di situ. Pasalnya, dari tahun 2003-2016, sekitar 1.000 gigaton air telah hilang dari tanah.

Kemudian pada 2021, tingkat kelembapan tanah masih belum pulih. Kondisi ini menjadi pertanda penyimpanan air tanah di Bumi telah mengalami pergeseran yang berkelanjutan.

Selain itu, pengeringan yang berkelanjutan ini juga bisa dilihat pada dua indikator independen, yaitu kenaikan permukaan air laut yang terus berlanjut dan pergeseran kutub rotasi Bumi yang terukur.

Seperti yang dijelaskan Wilson, jika seseorang mengambil sejumlah besar air dari daratan dan memindahkannya ke lautan, maka dia mendistribusikan ulang massa ke seluruh planet.

"Ketika Anda mengambil massa ini dari satu tempat dan memindahkannya ke tempat lain, Anda mengubah momen inersia Bumi, dan pada gilirannya menggeser sumbu di mana planet ini berputar," kata dia.

Baca juga: Sejarah Peringatan Hari Bumi yang Jatuh Setiap 22 April

Bagaimana air menggerakkan dunia?

Pergeseran massa, bahkan yang relatif kecil sekalipun bisa menyebabkan garis imajiner tempat Bumi berputar berpindah posisi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru: Kata Istana hingga Ucapan Kontroversial
Purbaya Yudhi Sadewa Jadi Menkeu Baru: Kata Istana hingga Ucapan Kontroversial
Tren
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Jadwal Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan di Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Daftar Sisa Hari Libur Nasional Tahun 2025, Catat Tanggalnya
Tren
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
BMKG: Ini WIlayah yang Berpotensi Hujan Lebat pada 9-10 September 2025
Tren
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau