Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Beras Rendah Karbon? Ini Pengertian, Implementasi, dan Negara yang Sudah Produksi

Kompas.com - 01/07/2025, 10:15 WIB
Alinda Hardiantoro,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama ini, kegiatan produksi beras menjadi penyumbang besar pemanasan global.

Data dari Preferred by Nature mencatat, emisi dari sektor beras mencapai 2,5 persen dari semua emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.

Oleh sebab itu, diadakan proyek SWITCH-Asia Low Carbon Rice Project atau Proyek Beras Rendah Karbon yang didanai langsung oleh Uni Eropa dan diimplementasikan oleh Preferred by Nature.

Proyek Beras Rendah Karbon bertujuan untuk mengurangi emisi karbon di sektor produksi beras yang berdampak pada iklim.

Proyek ini telah diujicoba di beberapa lokasi percontohan di Jawa Tengah, seperti Klaten, Sragen, dan Boyolali.

Lantas, apa itu beras rendah karbon?

Baca juga: Ini Keuntungan Produksi Beras Rendah Karbon bagi Petani dan Konsumen

Pengertian beras rendah karbon

Sesuai namanya, beras rendah karbon adalah beras yang produksinya menghasilkan emisi gas karbon yang lebih rendah.

Dikutip dari Preferred by Nature, proyek produksi beras rendah karbon menjadi pendekatan komprehensif yang menggabungkan kelestarian lingkungan, kelayakan ekonomi, dan tanggung jawab sosial.

Tujuannya adalah untuk menjadikan produksi beras di Indonesia berkelanjutan dan memiliki kontribusi secara global dalam mitigasi perubahan iklim.

Melalui SWITCH-Asia Low Carbon Rice Project, proyek beras rendah karbon di Indonesia sudah berjalan sejak 2022 hingga 31 Desember 2025.

Proyek ini didanai langsung oleh Uni Eropa, yakni sebesar 2.680.847 Euro atau sekitar Rp 43 miliar, dengan 80 persen pendanaan bersumber dari Uni Eropa.

Baca juga: Gandeng Uni Eropa, Pemprov Jateng Dorong Produksi Beras Rendah Karbon, Berapa Harganya?

Implementasi beras rendah karbon

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Dyah Lukisari, mengatakan implementasi produksi beras rendah karbon dapat dilakukan melalui dua cara, yakni para petani dan pelaku usaha penggilingan padi.

"Produksi beras rendah karbon bisa ditempuh dengan dua cara, di hulu melalui para petani yang menanam beras organik dan di hilir melalui peran penggilingan padi yang dikonversi dari bahan bakar solar ke listrik." jelasnya, saat diwawancarai Kompas.com, Senin.

Menurut Dyah, selama ini tingginya emisi karbon yang disumbang dari sektor produksi beras tidak lepas dari penggunaan pestisida, pupuk kimia, dan mesin penggiling padi berbahan kimia.

"Selama ini sumber emisi tertinggi itu adalah dari pupuk kimia yang disebar di sistem irigasi sawah yang menguap dan akhirnya menjadi gas karbon," kata Dyah.

Halaman:


Terkini Lainnya
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Tren
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Tren
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Tren
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Tren
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Tren
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Tren
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Tren
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Tren
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Tren
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Tren
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Tren
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) 'Work from Everywhere'
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) "Work from Everywhere"
Tren
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau