KOMPAS.com - Sekelompok pasien buta kini kembali dapat membaca setelah menjalani prosedur implan mata canggih di bagian belakang retina.
Inovasi medis yang disebut sebagai terobosan dalam dunia oftalmologi ini dipasang di Moorfields Eye Hospital, London, dan dikatakan telah memberikan hasil yang “menakjubkan”.
Salah satu penerimanya, Sheila Irvine (70), yang telah terdaftar sebagai penyandang tunanetra selama puluhan tahun, mengaku kehidupannya berubah drastis setelah implan dipasang.
Baca juga: Seorang Wanita Bawa 23 Anggota Keluarganya di Kencan Buta, Tagihan Resto Capai Rp 45 Juta
“Rasanya luar biasa. Saya bisa membaca lagi, mengisi teka-teki silang, dan menikmati hal-hal kecil yang dulu mustahil saya lakukan. Ini indah, memberi saya kebahagiaan luar biasa,” katanya, sebagaimana dilansir BBC, Senin (20/10/2025).
Teknologi ini dirancang untuk membantu penderita geographic atrophy (GA).
GA adalah bentuk lanjut dari degenerasi makula akibat usia (age-related macular degeneration/AMD), yakni kondisi yang menyebabkan hilangnya penglihatan pusat secara bertahap.
GA dilaporkan memengaruhi lebih dari 250.000 orang di Inggris dan sekitar 5 juta orang di seluruh dunia, sebagian besar lansia.
Dalam kondisi ini, sel-sel retina di area makula perlahan rusak dan mati, menyebabkan penglihatan menjadi kabur, warna hilang, serta detail halus sulit dikenali.
Prosedur inovatif ini melibatkan pemasangan mikrochip fotovoltaik berukuran 2 milimeter persegi atau setipis rambut manusia di bawah retina pasien.
Baca juga: Anjing Disebut sebagai Hewan yang Buta Warna, Mengapa? Berikut Alasannya
Setelah operasi, pasien mengenakan kacamata khusus yang dilengkapi kamera video mini.
Kamera tersebut menangkap gambar di depan pasien, lalu mengirimkannya ke implan melalui sinyal inframerah.
Gambar yang diterima implan dikirim ke prosesor kecil di saku pasien untuk ditingkatkan kualitasnya.
Setelah itu, gambar dikirim kembali ke otak melalui saraf optik, sehingga pasien dapat melihat bentuk, pola, bahkan huruf kembali.
Untuk dapat menafsirkan citra dari sistem baru ini, pasien menjalani pelatihan khusus selama beberapa bulan.
Ahli bedah mata Dr. Mahi Muqit, konsultan di Moorfields Eye Hospital yang memimpin uji coba di Inggris, menyebut teknologi ini sebagai pionir dan mengubah hidup banyak orang.