KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana menaikkan tarif bus Transjakarta setelah lebih dari 20 tahun tidak mengalami perubahan.
Sejak pertama kali diluncurkan pada 15 Januari 2004, tarif Transjakarta ditetapkan sebesar Rp 2.000. Setahun kemudian, lewat SK Gubernur DKI Nomor 1912/2005, tarif berubah menjadi Rp 3.500, dan angka itu bertahan hingga kini.
Saat itu, Transjakarta masih menerapkan pola “early-bird”, yakni tarif Rp 2.000 untuk perjalanan pukul 05.00–07.00 WIB, dan Rp 3.500 mulai pukul 07.00 WIB.
Rencana kenaikan tarif ini, menurut Pemprov DKI, akan diumumkan pada waktu yang tepat.
“Nanti saatnya, pada saat yang tepat kami akan umumkan mengenai hal itu (kenaikan tarif Transjakarta),” kata Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, dikutip dari Kompas.com, Senin (28/10/2025).
Lantas, apa alasan Pemprov DIK menaikkan tarif Transjakarta kali ini?
Baca juga: Promo HUT ke-80 TNI: Tarif MRT, LRT, dan Transjakarta Hanya Rp 80
Pramono menjelaskan, kenaikan tarif Transjakarta diperlukan karena beban subsidi yang ditanggung pemerintah sudah sangat besar.
Menurutnya, saat ini subsidi per penumpang mencapai lebih dari Rp 9.000.
“Sekarang ini subsidinya untuk setiap tiket sebenarnya sudah di atas Rp 9.000. Kan tidak mungkin kalau kemudian ini kita sangga sendirian terus-menerus,” ujarnya.
Selain itu, Pemprov DKI juga menanggung layanan gratis bagi 15 golongan masyarakat, mulai dari ASN, anggota TNI-Polri, pelajar, hingga lansia.
Kebijakan layanan gratis inilah yang turut mendorong perlunya penyesuaian tarif.
“Pemerintah Jakarta sudah membebaskan 15 golongan gratis mau naik Transjakarta dari mana saja. Tapi tentunya, tidak bisa Pemerintah Jakarta menyangga semua penduduk Jakarta dan Jabodetabek,” ucap Pramono.
Meski demikian, ia memastikan bahwa tarif baru Transjakarta tetap akan lebih murah dibandingkan tarif transportasi umum di daerah lain, seperti Bogor, Bekasi, dan Tangerang.
Baca juga: Naik Transjakarta, LRT, dan MRT Rp 1, Ini Jadwal dan Syaratnya
Selain soal tarif, Pemprov DKI juga menyiapkan peningkatan kualitas layanan transportasi publik, termasuk menambah jumlah bus listrik.
“Fasilitasnya sekarang kami perbaiki. Tahun ini, jumlah bus listrik yang sebelumnya hanya 200 unit akan ditingkatkan menjadi 500 unit. Dengan begitu, secara signifikan dapat mengurangi polusi,” ujar Pramono.