Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hilmi Fauzy
Karyawan Swasta

Praktisi Keuangan, Perbankan dan Pemerhati Isu Sosial

Umrah Mandiri: Antara Liberalisasi dan Disrupsi Ibadah

Kompas.com - 30/10/2025, 18:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERJALANAN ibadah ke Tanah Suci selalu dikelilingi aura sakral, spiritual, dan penuh makna. Namun, seiring percepatan teknologi digital, ritual ini sedang mengalami pergeseran yang diam-diam, tapi signifikan.

Fenomena umrah mandiri—di mana jamaah mengatur sendiri perjalanan mereka melalui platform daring tanpa melalui biro perjalanan resmi—telah menjadi simbol baru dari disrupsi keagamaan di era digital.

Perubahan ini bukan hanya soal cara berangkat ke Mekah, tetapi juga menggambarkan benturan antara spiritualitas dan kapitalisme digital, antara kesalehan dan logika pasar, antara ibadah dan industri.

Visi Saudi 2030

Transisi kepemimpinan dari Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud menuju Putra Mahkota Kerajaan Pangeran Muhammad bin Salman menjadi tonggak sejarah lahirnya Visi Saudi 2030.

Ia memahami betul bahwa sumber daya alam akan habis, penyesuaian pemasukan dan pendapatan negara perlu digaungkan.

Baca juga: Membaca Emosi Sandra Dewi dalam Kasus Harvey Moeis

Dengan misi diversifikasi ekonomi, modernisasi sosial, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, mengundang tamu, terutama Muslim untuk “menginvestasikan uangnya” berpariwisata di Arab Saudi.

Salah satunya adalah kemudahan akses untuk beribadah Umrah, terlebih dengan skema mandiri.

Dalam liberalisasi Umrah memberi gambaran bahwa perubahan yang terjadi sangatlah komprehensif: dari prosedur visa, digitalisasi, infrastruktur, hingga integrasi dengan ekonomi global.

Strategi ini bisa dilihat sebagai transformasi ibadah yang lebih inklusif dan modern — tapi sekaligus sebagai transformasi komersial.

Bagi umat dan pelaku industri umrah di luar Arab Saudi (termasuk di Indonesia), ini adalah sinyal penting: akses semakin terbuka, layanan semakin kompetitif, dan logika komersial semakin dominan.

Maka, penting bagi jamaah untuk tidak hanya fokus pada “berangkat”, tetapi juga memahami konteks baru ini — yaitu bahwa berkunjung ke Tanah Suci kini berlangsung di bawah rezim digital dan ekonomi yang jauh lebih besar daripada sebelumnya.

Bagi sebagian orang, umrah mandiri adalah terobosan positif. Dengan aplikasi pemesanan tiket, hotel, dan transportasi internasional yang semakin mudah diakses, jamaah kini bisa mengatur keberangkatan sendiri dengan biaya yang jauh lebih murah dibanding melalui agen perjalanan.

Sebelumnya, biaya umrah sering kali dipatok tinggi karena biro perjalanan memonopoli akses, menambah margin keuntungan, bahkan kadang tersandung masalah legalitas, akreditasi dan transparansi.

Kini, jamaah hanya perlu paspor, visa elektronik, dan gawai yang terhubung internet untuk bisa berangkat. Arab Saudi mendukung tren ini lewat kebijakan visa umrah elektronik yang lebih fleksibel.

Di titik ini, umrah mandiri menghadirkan demokratisasi dan inklusivitas dalam beribadah. Setiap Muslim yang memiliki kemampuan finansial dan literasi digital bisa menunaikan ibadah tanpa bergantung pada perantara komersial.

Baca juga: Perlukah Sertifikasi Influencer di Indonesia?

Halaman:


Terkini Lainnya
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Tren
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Tren
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Tren
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Tren
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Tren
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Tren
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Tren
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Tren
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Tren
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Tren
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) 'Work from Everywhere'
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) "Work from Everywhere"
Tren
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Tren
15 Kelompok Orang yang Bisa Nikmati MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis 6 Bulan, Siapa Saja?
15 Kelompok Orang yang Bisa Nikmati MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis 6 Bulan, Siapa Saja?
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau