
SETIAP tahun, publik Indonesia akrab dengan berbagai nama operasi aparat keamanan: Operasi Ketupat, Operasi Lilin, dan kini Operasi Lebah Madu.
Sekilas terdengar sederhana, tapi penamaan ini bukan sekadar soal teknis, lho! Ia menjadi bentuk komunikasi simbolik negara kepada warganya, yakni cara halus pemerintah membingkai citra, nilai, dan posisi di hadapan publik.
Dalam konteks komunikasi, nama operasi tersebut boleh jadi mencerminkan ideologi yang ingin disampaikan. Ada operasi yang menekankan kekuatan dan kontrol, ada pula yang menonjolkan sisi empati dan kedekatan.
Ketika Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menamai operasi pemberantasan judi online sebagai “Operasi Lebah Madu,” (detikNews, 30/10/25) publik mungkin sekadar melihatnya sebagai nama biasa.
Namun, di balik pilihan kata itu, tersimpan pesan semiotik yang kuat tentang bagaimana negara ingin dilihat bukan sebagai predator yang menyerang, melainkan sebagai koloni pekerja yang tekun, teratur, dan melindungi sarangnya.
Baca juga: Bansos untuk Pejudi Online
Lebah madu bukan hewan sembarangan. Ia dikenal sebagai makhluk sosial yang hidup dalam koloni teratur. Setiap individu memiliki peran yang jelas: ada ratu, pekerja, dan pejantan.
Semua bergerak dalam harmoni demi menjaga keseimbangan sarang. Mereka bekerja tanpa henti, tidak menyerang kecuali terancam, dan menghasilkan madu, simbol hasil manis dari kerja keras kolektif.
Berbeda halnya dengan “tawon” atau “lebah liar” yang sering diasosiasikan dengan agresivitas, kebrutalan, dan kekacauan, PPATK jelas tidak memilih metafora itu.
Tawon memberi kesan operasi yang kejam dan represif, sedangkan lebah madu memberi nuansa kolektif, strategis, dan produktif.
Operasi ini bukan hanya soal “menyengat pelaku,” tapi juga tentang “menghasilkan madu bersih”, yakni membangun sistem ekonomi yang sehat dan transparan.
Makna ini menjadi makin relevan jika kita lihat konteksnya. Judi online tumbuh seperti nektar manis yang menipu, menggoda banyak orang, tapi perlahan merusak sendi sosial dan ekonomi.
Bisa saja, dalam metafora PPATK, “madu” adalah aliran dana yang tampak manis, padahal berasal dari sumber yang busuk, kan?
Di sini, lebah bukan hanya simbol ketekunan, tetapi juga penjaga keseimbangan. Ia menegaskan bahwa negara tidak bisa menumpas judi online dengan pendekatan keras semata, tetapi perlu bekerja layaknya koloni lebah: tekun, terkoordinasi, dan saling bergantung.
PPATK sadar mereka tidak bisa bekerja sendiri. Sama seperti lebah yang bekerja dalam sistem sosial, PPATK pun berkoordinasi dengan Bareskrim, OJK, Bank Indonesia, hingga Kominfo.
Metafora lebah madu menjadi simbol sinergi lintas lembaga. Masing-masing memainkan peran spesifik untuk menjaga “sarang” ekonomi nasional.