Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhardis
PNS

Saat ini bekerja sebagai periset di Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas, BRIN

Operasi Lebah Madu

Kompas.com - 31/10/2025, 13:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETIAP tahun, publik Indonesia akrab dengan berbagai nama operasi aparat keamanan: Operasi Ketupat, Operasi Lilin, dan kini Operasi Lebah Madu.

Sekilas terdengar sederhana, tapi penamaan ini bukan sekadar soal teknis, lho! Ia menjadi bentuk komunikasi simbolik negara kepada warganya, yakni cara halus pemerintah membingkai citra, nilai, dan posisi di hadapan publik.

Dalam konteks komunikasi, nama operasi tersebut boleh jadi mencerminkan ideologi yang ingin disampaikan. Ada operasi yang menekankan kekuatan dan kontrol, ada pula yang menonjolkan sisi empati dan kedekatan.

Ketika Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menamai operasi pemberantasan judi online sebagai “Operasi Lebah Madu,” (detikNews, 30/10/25) publik mungkin sekadar melihatnya sebagai nama biasa.

Namun, di balik pilihan kata itu, tersimpan pesan semiotik yang kuat tentang bagaimana negara ingin dilihat bukan sebagai predator yang menyerang, melainkan sebagai koloni pekerja yang tekun, teratur, dan melindungi sarangnya.

Baca juga: Bansos untuk Pejudi Online

Lebah madu bukan hewan sembarangan. Ia dikenal sebagai makhluk sosial yang hidup dalam koloni teratur. Setiap individu memiliki peran yang jelas: ada ratu, pekerja, dan pejantan.

Semua bergerak dalam harmoni demi menjaga keseimbangan sarang. Mereka bekerja tanpa henti, tidak menyerang kecuali terancam, dan menghasilkan madu, simbol hasil manis dari kerja keras kolektif.

Berbeda halnya dengan “tawon” atau “lebah liar” yang sering diasosiasikan dengan agresivitas, kebrutalan, dan kekacauan, PPATK jelas tidak memilih metafora itu.

Tawon memberi kesan operasi yang kejam dan represif, sedangkan lebah madu memberi nuansa kolektif, strategis, dan produktif.

Operasi ini bukan hanya soal “menyengat pelaku,” tapi juga tentang “menghasilkan madu bersih”, yakni membangun sistem ekonomi yang sehat dan transparan.

Makna ini menjadi makin relevan jika kita lihat konteksnya. Judi online tumbuh seperti nektar manis yang menipu, menggoda banyak orang, tapi perlahan merusak sendi sosial dan ekonomi.

Bisa saja, dalam metafora PPATK, “madu” adalah aliran dana yang tampak manis, padahal berasal dari sumber yang busuk, kan?

Di sini, lebah bukan hanya simbol ketekunan, tetapi juga penjaga keseimbangan. Ia menegaskan bahwa negara tidak bisa menumpas judi online dengan pendekatan keras semata, tetapi perlu bekerja layaknya koloni lebah: tekun, terkoordinasi, dan saling bergantung.

PPATK sadar mereka tidak bisa bekerja sendiri. Sama seperti lebah yang bekerja dalam sistem sosial, PPATK pun berkoordinasi dengan Bareskrim, OJK, Bank Indonesia, hingga Kominfo.

Metafora lebah madu menjadi simbol sinergi lintas lembaga. Masing-masing memainkan peran spesifik untuk menjaga “sarang” ekonomi nasional.

Halaman:


Terkini Lainnya
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Tren
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Tren
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Sering Tidak Disadari, 10 Kebiasaan Ini Membuat Rumah Berbau Tak Sedap
Tren
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Pesawat Airbus A400M Pertama untuk TNI AU Tiba di Indonesia, Ini Harga dan Spesifikasinya
Tren
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Cara Aktivasi Paket ChatGPT Go Telkomsel
Tren
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Nasi di Kulkas Lebih dari 24 Jam, Aman untuk Diabetes atau Berisiko Jadi Racun?
Tren
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya
Tren
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Mesir Akhirnya Buka Grand Egyptian Museum di Dekat Piramida Giza, Apa Isinya?
Tren
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Nyalakan Terang dari Serang hingga Kupang: Hana dan Tata Bergerak Lindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Tren
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Ingin Rumah Tetap Sejuk Tanpa AC? Ini 3 Tips dari Dosen Teknik Sipil
Tren
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) 'Work from Everywhere'
Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) "Work from Everywhere"
Tren
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Hati-hati, Ragam Perangkat Ini Tetap Sedot Listrik meski Tombol “Off” Sudah Ditekan
Tren
15 Kelompok Orang yang Bisa Nikmati MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis 6 Bulan, Siapa Saja?
15 Kelompok Orang yang Bisa Nikmati MRT, LRT, dan Transjakarta Gratis 6 Bulan, Siapa Saja?
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau