Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Gesang dan Royalti Lagu Bengawan Solo: Kalau Dapat Syukur, Tidak Juga Tak Apa

Kompas.com - 28/08/2025, 15:26 WIB
Diamanty Meiliana

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Alunan musik instrumental "Bengawan Solo" ciptaan Gesang Martohartono tak lagi terdengar di Stasiun Solo Balapan.

Suasana di area stasiun, terasa berbeda dari biasanya: hanya terdengar informasi kedatangan dan keberangkatan kereta.

Tembang legendaris yang telah menjadi ikon penyambut kedatangan dan keberangkatan kereta api di stasiun tersebut kini dimatikan, diduga imbas dari masalah royalti.

Sejarah Lagu "Bengawan Solo"

Dalam catatan Obituari "Gesang, Keroncong Pencatat Zaman" di Kompas.com tahun 2010, ide lagu "Bengawan Solo" lahir pada September 1940 ketika Gesang duduk di tepi Bengawan Solo di Pesanggrahan Langenharjo milik Keraton Surakarta.

"Pada musim kemarau tahun 1940 saya melihat Bengawan Solo kering airnya, padahal pada musim hujan airnya berlimpah. Dua keadaan yang sangat berlainan ini memberikan kesan yang dalam sekali bila dihubungkan dengan kehidupan manusia dan alam. Dimulai dengan senandung, saya goreskan pensil pada secarik kertas bekas pembungkus rokok dan terciptalah ’Bengawan Solo’.”

Itu ucapan Gesang Martohartono yang direkam dalam album "Tribute to Gesang" terbitan GNP tahun 2007.

Baca juga: Stasiun Solo Balapan Setop Putar Lagu Bengawan Solo, Masalah Royalti?

Dalam satu wawancara dengan Kompas tahun 2002, ia mengatakan, ”Saya ini bukan pemusik yang pintar, apalagi ahli musik. Kalaupun dibilang pemusik, ya (saya), termasuk pengarang lagu yang kampungan.”

Seniman kelahiran Notodiningratan, Solo, 1 Oktober 1917 merupakan lulusan sekolah Ongko Loro Muhammadiyah (1929) di Punggawan, Solo.

Dia juga mengaku bukan orang sekolahan yang dapat didikan khusus soal musik.

Tumbuh layaknya remaja di kampungnya, Kemlayan, yang banyak dihuni seniman, anak ke-5 dari 10 bersaudara itu bergabung dengan grup keroncong Kampung Marko, singkatan dari Marsudi Agawe Rukun, Kesenian dan Olahraga.

Ia lalu bergabung sebagai penyanyi dalam sejumlah grup keroncong: Kembang Kacang, Bunga Mawar, dan Irama Sehat.

"Bengawan Solo" termasuk lagu yang ditulis dengan cara "awam".

Baca juga: Bengawan Solo, Sungai Terpanjang di Pulau Jawa yang Menjadi Inspirasi Gesang

Menurut sebuah versi, "Bengawan Solo" lahir dari rengeng-rengeng atau senandung Gesang. Kemudian, dua rekannya, Slamet Wigyosuharjo dan Sunaryo, menuliskan notasinya.

"Hanya" 44 lagu digubahnya.

Gesang Dapat Royalti Rp 1 Miliar dari Jepang

Pada pemberitaan Harian Kompas 17 Juni 1997, Gesang mendapat hasil royalti Rp 1 milir dari Jepang untuk lagu "Bengawan Solo".

Halaman:


Terkini Lainnya
Pesan Haedar Nashir ke Menteri Baru: Belajarlah Empati dan Peduli pada Rakyat
Pesan Haedar Nashir ke Menteri Baru: Belajarlah Empati dan Peduli pada Rakyat
Yogyakarta
Efek Sultan HB X Temui Aksi Massa, Okupansi Hotel Yogyakarta Tembus 70 Persen
Efek Sultan HB X Temui Aksi Massa, Okupansi Hotel Yogyakarta Tembus 70 Persen
Yogyakarta
Seluruh Pasien Korban Kericuhan Yogyakarta di RSUP Sardjito Sudah Dipulangkan
Seluruh Pasien Korban Kericuhan Yogyakarta di RSUP Sardjito Sudah Dipulangkan
Yogyakarta
Anggota DPRD DIY Terima Tunjangan Rumah Rp 27,5 Juta per Bulan
Anggota DPRD DIY Terima Tunjangan Rumah Rp 27,5 Juta per Bulan
Yogyakarta
Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, PN Bantul Gelar Sidang Perdana dengan 7 Terdakwa
Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, PN Bantul Gelar Sidang Perdana dengan 7 Terdakwa
Yogyakarta
Pengendara Sepeda Ontel Tewas Jadi Korban Tabrak Lari di Jalan Parangtritis Bantul
Pengendara Sepeda Ontel Tewas Jadi Korban Tabrak Lari di Jalan Parangtritis Bantul
Yogyakarta
Modus Beli Daun Sirsak Rp 3.000 Per Lembar, Uang Rp 1,5 Juta Milik Warga Bantul Malah Raib
Modus Beli Daun Sirsak Rp 3.000 Per Lembar, Uang Rp 1,5 Juta Milik Warga Bantul Malah Raib
Yogyakarta
Setelah Mengeluh Sapinya Mati, Seorang Nenek di Kulon Progo Ditemukan Tewas Gantung Diri
Setelah Mengeluh Sapinya Mati, Seorang Nenek di Kulon Progo Ditemukan Tewas Gantung Diri
Yogyakarta
Hanya Lulus SMA dan Modal Rp 15 Juta, Nizar Bawazier Berhasil Bangun Importa Jadi Raja Lemari Besi
Hanya Lulus SMA dan Modal Rp 15 Juta, Nizar Bawazier Berhasil Bangun Importa Jadi Raja Lemari Besi
Yogyakarta
Libur Panjang Maulid Nabi, KAI Daop 6 Yogyakarta Angkut 143.565 Penumpang
Libur Panjang Maulid Nabi, KAI Daop 6 Yogyakarta Angkut 143.565 Penumpang
Yogyakarta
Rumah Kosong Ditinggal Dua Tahun di Kulon Progo Dikuras Maling
Rumah Kosong Ditinggal Dua Tahun di Kulon Progo Dikuras Maling
Yogyakarta
Delapan Rekor Nasional Tercipta di LPS Kejurnas Atletik & Indonesia U18 Open Championships 2025
Delapan Rekor Nasional Tercipta di LPS Kejurnas Atletik & Indonesia U18 Open Championships 2025
Yogyakarta
Jejak Banon Prosesi Sekaten 8 Tahun Sekali
Jejak Banon Prosesi Sekaten 8 Tahun Sekali
Yogyakarta
Tunjangan Perumahan Rp 47-79 Juta Per Bulan, Ketua DPRD Jateng: Evaluasi, Kunjungan Luar Negeri Dihapus
Tunjangan Perumahan Rp 47-79 Juta Per Bulan, Ketua DPRD Jateng: Evaluasi, Kunjungan Luar Negeri Dihapus
Yogyakarta
Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Gunungan Brama Keluar 8 Tahun Sekali
Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Gunungan Brama Keluar 8 Tahun Sekali
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau